Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua MK Akui Kamaluddin Sering ke Ruangan Patrialis di Gedung MK

Kompas.com - 03/02/2017, 17:48 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat mengakui bahwa Kamaluddin sering datang ke gedung Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menemui hakim konstitusi Patrialis Akbar.

Kamaluddin merupakan orang yang diduga menjadi perantara suap antara Patrialis Akbar dengan pengusaha impor daging, Basuki Hariman. Dugaan suap itu sedang disidik Komisi Pemberantasan Korupsi.

Namun, Arief tidak pernah menduga jika kedatangan Kamaluddin itu justru berujung pada penangkapan Patrialis, Kamaluddin, dan Basuki oleh KPK dalam sebuah operasi tangkap tangan.

"Iya, mungkin ada keperluan," ujar Arief di gedung MK, Jakarta Pusat, Jumat (3/2/2017).

Ia menjelaskan, tamu yang datang ke MK sebenarnya tidak bisa sembarangan masuk ke ruangan hakim. Apalagi jika hanya dengan alasan ingin bertemu hakim konstitusi.

Sebab, jika hakim yang ingin ditemui tidak ingin menerima tamu tersebut, maka tidak akan ada pertemuan.

"Tamu yang datang, kalau hakim bilang tidak bisa menerima, itu tidak mungkin naik atas ruangan," ujar Arief.

"Itu sebetulnya kenapa bisa sering ke sini karena hakim bersangkutan oke," kata dia.

Padahal, ada etika bagi hakim konstitusi dalam menerima tamu, meskipun tidak tertulis.

Semestinya, jika hakim konstitusi ingin menerima pihak dari luar MK untuk bertemu maka harus didampingi oleh ajudan, atau setidaknya jadwal atau rencana pertemuan itu diketahui atau dilaporkan kepada sekretaris jenderal.

Hal ini, menurut Arief, seharusnya dipahami oleh seluruh hakim MK.

"Karena itu dalam rangka kontrol kita bicaranya apa, kalau ada apa-apa, kita bisa lihat. Kecuali mahasiswa mau konsultasi, itu pun diketahui ajudan," kata Arief.

(Baca juga: Di Hadapan MKMK, Patrialis Akui Bocorkan Draf Putusan Uji Materi)

Namun terkait persoalan etik, hal ini kembali kepada diri sendiri bagaimana bisa memahami etik dan tetap hati-hati dalam bersikap serta bertindak, karena dijaga dewan etik dan diawasi KPK.

"Kembali ke diri sendiri, pengalaman saya, hakim 'selesai hidupnya'. Mau diapain aja repot, tiap hari diawasi Allah. Sebetulnya itu sudah jadi rem, apalagi ada dewan etik dan disadap KPK," kata Arief.

Kompas TV Resmi Ditahan KPK, Patrialis Undur Diri dari MK
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com