JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-28 dan 29 ASEAN serta beberapa KTT terkait lainnya, seperti KTT ASEAN-US di Vientiane, Laos pada 6-7 September 2016.
Wiranto mengatakan, dalam KTT tersebut Indonesia akan membicarakan soal politik dan keamanan kawasan ASEAN. Sebagai ketua delegasi, Wiranto akan menyampaikan mengenai isu pembiayaan terorisme.
"Untuk pertemuan awal saya sebagai ketua delegasi untuk political security akan menyampaikan bagaimana hasil kita mengadakan pertemuan di Bali terkait terorisme dari sisi financing," ujar Wiranto saat ditemui di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016).
Wiranto menuturkan, saat ini permasalahan terorisme tidak lagi menjadi beban satu atau dua negara saja.
Menurut dia, upaya pemberantasan terorisme akan efektif apabila ditempuh melalui kerja sama antara negara di kawasan Asean.
"Posisi Indonesia cukup penting dalam kerja sama Asean. Karena terorisme itu bukan menjadi musuh satu negara saja tapi musuh semua negara," kata dia.
Dalam pertemuan Regional Risk Assessment on Terrorism Financing 2016 South East Asia and Australia di Bali, pertengahan Agustus lalu, disebutkan bahwa Indonesia masuk dalam kategori sangat terancam.
Saat ini ada 568 orang Indonesia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok ISIS. Sebanyak 183 orang di antaranya telah kembali.
Angka ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan Malaysia, yakni 73 orang dan Australia 110 orang yang berangkat ke Suriah dan Irak.
Pihak yang berwajib telah mendeteksi ada 11 kelompok teroris yang aktif di Indonesia saat ini.
Topik utama dalam pertemuan tersebut adalah tentang pembiayaan terorisme. Untuk Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan telah mencatat ada transaksi mencurigakan yang diduga terkait kegiatan terorisme.
Transaksi yang nilainya mencapai miliaran rupiah itu termasuk pengumpulan dan distribusi uang. Banyak dari jalur uang ini dilakukan via internet.
Ketua Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Marsekal Muda Agus Barnas mengatakan, salah satu modus pembiayaan terorisme yang pernah ditemukan adalah malware yang mencuri uang dari rekening bank nasabah dalam jumlah sangat kecil.
Hal ini dilakukan, misalnya, dengan mengambil uang seorang nasabah sebesar puluhan rupiah.
Oleh karena jumlahnya kecil, nasabah itu tidak menyadari uangnya diambil. Namun, karena yang diambil adalah uang dari banyak orang, jumlahnya menjadi tidak lagi kecil.
”Hal ini sudah terjadi di Indonesia, tapi pelakunya ada di Eropa Timur,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.