JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Para Syndicate, Toto Sugiarto, menilai struktur kepengurusan Partai Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto cukup memenuhi unsur rekonsiliasi.
Hal itu terlihat dari banyaknya calon ketua umum yang bersaing dalam Munaslub di Bali kemarin ikut masuk ke dalam struktrur kepengurusan.
"Setya Novanto tampak berupaya merangkul semua pihak. Hanya beberapa yang tidak diakomodasi, seperti Syahrul Yasin Limpo," ujar Toto saat dihubungi, Selasa (31/5/2016).
Menurut Toto, kepengurusan yang rekonsiliatif itu baik, karena mencerminkan kuatnya kesatuan anggota-anggota di dalam partai.
"Upaya ini baik bagi soliditas partai. Namun demikian, mestinya tetap dengan filter integritas," kata dia.
Toto menjelaskan, menempatkan kader-kader yang bermasalah di dalam kepengurusan bisa berdampak menimbulkan citra buruk bagi partai yang dipimpinnya itu.
Setya Novanto telah mengumumkan kepengurusan Partai Golkar di bawah kepemimpinannya pada Senin (30/5/2016) kemarin.
Ada 247 orang yang terdapat di dalam struktur kepengurusan DPP Golkar. (Baca: Kepengurusan Baru Golkar "Gemuk", Diisi Lebih dari 200 Orang)
Menurut Novanto, ada beberapa prinsip yang digunakan formatur sebagai pertimbangan untuk menyusun kepengurusan tersebut.
Prinsip itu antara lain modernisasi partai, regenerasi, keterwakilan perempuan, dan right men on the right place.
Dalam struktur kepengurusan, seluruh nama bakal calon ketua umum, kecuali Syahrul Yasin Limpo, masuk ke dalam struktur kepengurusan ini.
(Baca: Syahrul Yasin Limpo, Satu-satunya Caketum yang Tidak Masuk Kepengurusan Golkar)
Ade Komarudin didapuk menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Airlangga Hartarto sebagai Ketua Koordinator bidang Perekonomian, Aziz Syamsuddin sebagai Ketua Bidang Otonomi Daerah.
Adapun Mahyudin sebagai anggota Dewan Pakar, Indra Bambang Utoyo sebagai Ketua bidang Pertahanan dan Keamanan, dan Priyo Budi Santoso sebagai anggota Dewan Pembina.