Oleh: Hery Gaos
JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi para seniman karyawan Kompas Gramedia, Jakob Oetama atau sering disebut dengan inisial JO, bukan saja seorang pemimpin. Perjalanannya sebagai guru, pengusaha, dan wartawan telah menorehkan ketokohan yang patut dicatat dan diteladani. Bertempat di Lobi Gedung Kompas Gramedia, pameran seni rupa Mediart mencoba membidik, sekaligus becermin pada kemanusiaan transendental JO.
Pameran seni rupa Mediart yang digelar sebagai hadiah ulang tahun ke-84 Jakob Oetama yang dibuka pada Senin (28/9/2015) ini akan berlangsung sepekan. Para peserta pameran antara lain GM Sudarta, Hari Budiono, Hermanu, Qbro, Keliek DK, Putu Fajar Arcana, Didie SW, Rahardi Handining, Barlin Srikaton, Agus Salim, Hery Gaos, Sujendro, dan Pramono Pinungul.
Dengan bahasa hati dan laku kreasinya, para seniman anggota komunitas Mediart itu mencoba membahasakan kesan, kekaguman, rasa hormat, dan apresiasi mereka kepada JO lewat visual, baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Rata-rata mereka mengangkat sisi JO sebagai seorang guru, bapak, dan teladan dalam berperilaku, bekerja, dan bersikap.
Sebab itu, bertepatan dengan usianya yang ke-84 pada 27 September 2015, Mediart merasa perlu melakukan sesuatu dalam merayakan ulang tahunnya, sekaligus memaknai momen penting ini.
Bagi para anggota Mediart, ini adalah momentum untuk bersyukur, seperti yang selalu ditekankan oleh JO agar senantiasa ingat kepada kekuasaan dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan falsafah humanisme transendental, dia telah menunjukkan kebijaksanaan, kesuksesan, dan kelincahannya dalam melewati setiap tantangan, tekanan, dan ancaman, kemudian mampu dengan cerdik dan bernas menangkap kesempatan dan mengatasi setiap kelemahan.
Bagi dunia usaha yang cenderung kapitalistis dan materialistis, falsafah humanisme transendental terkesan utopis atau hanya teoretis. Hanya indah untuk dunia awang-awang, tetapi tak praktis di dunia nyata belantara usaha. Namun, JO telah membuktikan bahwa pandangan itu salah. Baginya, berbisnis juga membawa misi pencerahan dan kemanusiaan, tidak melulu mengumpulkan keuntungan tanpa pandang bulu.
Beribu-ribu tahun manusia gagal menyelesaikan problem-problem kemanusiaan dan alam karena terlalu bersandar pada analisis, pemahaman, serta perhitungan dunia luar semata. Mereka lupa bahwa dunia dalam lebih luas dan lebih penting. Ketika dunia dalam sudah mapan dan baik, otomatis produk-produk di dunia luar akan semakin baik dan berkualitas, pun efektif dan indah. Sehingga, penyelesaian, perlakuan, atau sikap kemanusiaan lebih holistik dan efektif, tepat sasaran, dan memuaskan.
Sebab itu, JO selalu menekankan pentingnya penguatan kepribadian. Sebagai contoh, dia menekankan sikap jujur, disiplin, profesional, tetapi juga mampu ngemong, tenggang rasa, dan memiliki rasa hormat terhadap kemanusiaan yang majemuk. Selain itu, dia juga mengingatkan pentingnya untuk selalu bersyukur dan ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa lewat agama dan keyakinannya masing-masing.
Membawa perahu kecil bernama Intisari sebagai pelopor bersama PK Ojong, kemudian ia mampu mengibarkan bendera setinggi langit lewat koran Kompas, dan melebarkan sayap dengan berbagai unit usaha media dan jenis lainnya untuk terbang mengarungi angkasa, kemudian membangun Indonesia Mini yang berperikemanusiaan dan berketuhanan.