Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpacu dengan Waktu Identifikasi Korban AirAsia QZ8501

Kompas.com - 08/01/2015, 06:46 WIB
Dani Prabowo

Penulis


PANGKALAN BUN, KOMPAS.com
- Satu persatu tubuh jenazah penumpang dan kru pesawat AirAsia QZ8501 tiba di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Imanuddin, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Tubuh jenazah itu tak lagi utuh. Air laut mempercepat proses skeletonisasi terhadap tubuh mereka.

Sudah sebelas hari terakhir ini, tim SAR gabungan melakukan operasi pencarian terhadap pesawat yang hilang di Selat Karimata itu. Dari 162 kru dan penumpang pesawat yang dinyatakan hilang, 40 diantaranya sudah ditemukan.

"Air laut mempercepat proses perusakan itu. Biasanya kalau sudah sepuluh hari sudah masuk ke tahap skeletonisasi," kata Kepala Sub Bidang Kedokteran Polisi (Kasubid Dokpol) Bidang Kedokteran Kesehatan (Biddokes) Polda Jawa Tengah, AKBP dokter Sumy Hastry Purwanti Sp. Forensik di Lanud Iskandar, Rabu (7/1/2015).

Hastry adalah salah seorang dokter forensik yang diminta terjun bersama tim Disaster and Victim Identification (DVI) Polri dalam menangani proses identifikasi awal jenazah kru dan penumpang pesawat AirAsia QZ8501. Setiap jenazah yang ditemukan tim SAR gabungan, akan transit terlebih dahulu ke RSUD Imanuddin sebelum dikirim ke Surabaya, Jawa Timur. Bahkan, tak jarang jenazah itu harus menginap di cold storage yang ada di RS tersebut.

Hastry menuturkan, semakin tinggi tingkat kerusakan suatu jenazah, maka proses identifikasi akan semakin sulit. Ketika jenazah sudah sepuluh hari di laut, maka identifikasi sudah tak bisa dilakukan melalui sidik jari. Pun demikian, identifikasi juga tidak bisa dilakukan dengan mengambil sampel DNA pada darah korban.

Lalu, bagaimana caranya seorang dokter forensik menentukan identitas jenazah?

"Kami ambil DNA itu dari tulang dan gigi mereka," ujarnya.

Hastry yang sudah lebih dari 12 tahun menggeluti dunia forensik ini menuturkan, profesi yang digelutinya bukanlah profesi yang mudah. Ketepatan adalah kewajiban yang harus dipenuhi seorang dokter forensik.

Melalui ketepatan itu pula sebuah kepastian tengah menanti keluarga jenazah tersebut. Para dokter forensik ini tak boleh salah dalam mengidentifikasi jenazah. Jika tidak, kekhawatiran terbesar adalah terjadinya pertukaran jenazah yang tentu tidak diharapkan semua pihak.

Sementara itu, melihat kondisi tubuh jenazah yang tak lagi utuh, tak jarang menimbulkan rasa iba. Hal itu seperti yang dirasakan Ketua Tim II Pelaksana Identifikasi Visual RSUD Sultan Imanuddin, Kompol Edi S Hasibuan.

Menurut Edi, identifikasi memang membantu keluarga untuk cepat bertemu dengan keluarganya yang hilang. Tapi, setiap keluarga tentu memiliki harapan yang sama, yakni melihat jenazah keluarga mereka tetap utuh.

"Rasa iba itu pasti ada mas," kata Edi saat dijumpai di tempat yang sama.

Edi mengatakan, saat ini yang terpenting yaitu bagaimana menemukan seluruh jenazah yang masih hilang. Seluruh tim SAR gabungan harus berpacu dengan waktu untuk menemukan seluruh jenazah, supaya kerusakan tidak semakin parah. Dengan demikian, proses identifikasi pun dapat berjalan lebih cepat, dan keluarga korban mendapatkan kepastian atas nasib keluarga mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Novel Baswedan dkk Laporkan Nurul Ghufron ke Dewas KPK, Dianggap Rintangi Pemeriksaan Etik

Nasional
Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Kumpulkan Seluruh Kader PDI-P Persiapan Pilkada, Megawati: Semangat Kita Tak Pernah Pudar

Nasional
Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Indonesia U-23 Kalahkan Korsel, Wapres: Kita Gembira Sekali

Nasional
Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Jokowi Tunjuk Luhut Jadi Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional

Nasional
Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional, Fahira Idris Sebut Indonesia Perlu Jadi Negara Tangguh Bencana

Nasional
297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

297 Sengketa Pileg 2024, KPU Siapkan Bukti Hadapi Sidang di MK

Nasional
Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Meski Anggap Jokowi Bukan Lagi Kader, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com