JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei terakhir Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan selisih elektabilitas calon presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto kian mengecil menjelang pemilu presiden. Menurunnya elektabilitas Jokowi disebut dampak dari kampanye hitam terhadap politisi PDI Perjuangan itu.
"Kini selisih di antara kedua capres hanya sekitar 6 persen. Salah satu penyebabnya ialah isu negative campaign, bahkan black campaign terhadap Jokowi, yang ikut memengaruhi persepsi publik," kata Adjie dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (15/6/2014).
Adjie menambahkan, penyebab lainnya, setelah pemilu legislatif, belum ada hal baru yang dilakukan Jokowi saat kampanye Pilpres 2014. Jokowi hanya terlihat lebih banyak melakukan blusukan.
Di sisi lain, ia mengatakan, elektabilitas Prabowo meningkat akibat citra strong leadership yang ditampilkan. Menurut Adjie, citra tersebut diharapkan masyarakat karena mereka kecewa dengan gaya kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain itu, ia melanjutkan, fleksibilitas dan kekuatan Prabowo dalam membangun komunikasi terhadap elite parpol dianggap cukup berhasil. Hal itu terlihat dari banyaknya sejumlah tokoh vote getter yang pindah ke gerbong Prabowo.
"Mesin politik itu seperti Golkar, Demokrat, Hary Tanoe yang punya stasiun TV, dan Rhoma Irama yang punya banyak massa," ujarnya.
Dari hasil survei LSI, elektabilitas Jokowi sebesar 45 persen dan Prabowo sebesar 38,7 persen per Juni 2014. (baca: Prabowo Terus Naik, Selisih Elektabilitas dengan Jokowi Terpaut 6 Persen) Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.