Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jawa Barat Jadi Penentu

Kompas.com - 02/04/2014, 09:17 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Persaingan ketat sejumlah partai akan terjadi di Jawa Barat. Suara Partai Demokrat diperkirakan turun. Persaingan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Keadilan Sejahtera diperkirakan sengit. PD pun berupaya keras agar perolehan suara bisa bertahan seperti Pemilu 2009, yaitu 22 persen.

”Kalau dulu, PD naik karena ada faktor SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Sekarang ini, sudah tidak ada lagi faktor SBY karena tidak bisa mencalonkan kembali sebagai capres,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Dede Yusuf yang dihubungi di Jakarta, Selasa (1/4).

Berdasarkan beberapa survei, menurut Dede, rakyat sesungguhnya masih menginginkan SBY maju lagi sebagai capres. Namun, tidak mungkin secara konstitusional sehingga faktor tersebut membuat suara PD diperkirakan tidak bisa melonjak lagi. Namun, seluruh PD di dapil Jabar berusaha agar bisa mencapai posisi tiga besar.

Untuk itu, kata Dede lebih lanjut, PD mengutamakan tiga kekuatan untuk menangguk suara pemilih, antara lain caleg yang memiliki rekam jejak kredibel dan berpengalaman. Kemudian, kekuatan petahana DPR diutamakan. Selain itu, sosok yang menjadi tokoh panutan masyarakat dan caleg yang mempunyai jaringan organisasi kemasyarakatan di luar partai. Misalnya, caleg yang punya kekuatan jaringan koperasi.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Nurul Arifin mengatakan, Partai Golkar berupaya semaksimal mungkin meraih suara di Jabar. Minggu (30/3), misalnya, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie hadir di Kabupaten Purwakarta dalam kampanye terbuka Golkar.

”Tentu saja kerja keras terus dilakukan karena Jabar merupakan barometer dari kemenangan pemilu nasional,” kata Nurul. Amanat dari Golkar, menurut Nurul, adalah mengulangi prestasi kemenangan Golkar di Jabar pada Pemilu 2004.

Dalam pengamatan Kompas, kerja Golkar di Jabar lebih banyak ditopang oleh kerja para caleg daripada arahan dan kerja riil dari DPP Partai Golkar.

Peneliti senior Pol-Tracking Institute, Tata Mustasya, mengatakan, apabila tak ada perubahan luar biasa, PDI-P yang akan memuncaki pemilu legislatif di Jabar. ”Tiga besar, sepertinya PDI-P, Golkar, dan kemungkinan justru PKS (Partai Keadilan Sejahtera),” katanya.

PDI-P pun yakin memperoleh tambahan suara dari Jabar. Tambahan perolehan suara itu dapat terjadi karena suara partai lain, seperti PD, diyakini beralih ke PDI-P. ”Saya yakin tahun 2014 terjadi eksodus ke PDI-P,” kata anggota DPR dari Fraksi PDI-P, Tb Hasanuddin, di Jakarta, Selasa. Ia menambahkan, sejak dahulu, di Jabar, PDI-P selalu bersaing dengan Partai Golkar.

Namun, pada Pemilu 2009, lanjut Hasanuddin, Partai Demokrat memang mendapat suara cukup banyak di Jabar. Namun, tahun 2014, suara partai lain, seperti Partai Demokrat, diperkirakan beralih ke PDI-P.

Sekretaris Jenderal PDI-P Tjahjo Kumolo mengungkapkan, pada Pemilu 2009, pesaing PDI-P di Jabar adalah Partai Demokrat dan Golkar. Tahun 2014, berdasarkan survei internal, PDI-P bersaing ketat dengan Golkar.

Hasanuddin menambahkan, kantong-kantong utama PDI-P di Jabar antara lain Bandung Barat, Purwakarta, Karawang, Subang, Sumedang, Majalengka, Kuningan, Ciamis, dan Cirebon. Kantong PDI-P yang cukup menonjol adalah Bandung, Cimahi, Bogor, Sukabumi, dan Cianjur.

Menurut Hasanuddin, suara di Jabar merupakan indikator suara secara nasional dalam pemilu legislatif. Itu berarti, jika PDI-P mendapat suara 31 persen di Jabar, suara PDI-P secara nasional juga akan mencapai 30 persen.

Secara terpisah, Partai Keadilan Sejahtera optimistis mampu menambah perolehan kursi DPR dari 11 dapil di Jabar. Jika pada pemilu sebelumnya PKS mendapatkan 12 kursi, pada pemilu kali ini PKS menargetkan memperoleh 15 kursi DPR.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PKS Syahfan Badri Sampurno, Selasa, mengatakan, sejak Pemilu 2004, Jabar selalu menjadi salah satu lumbung suara PKS. Pada Pemilu 2009, PKS memperoleh 12 kursi dari 11 dapil yang ada. ”Di dapil Jabar I kami mendapat dua kursi. Adapun di dapil Jabar II sampai Jabar XI, kami dapatkan masing-masing satu kursi,” katanya.

Dari pengalaman di setiap pemilu, PKS optimistis dapat memenangi pemilu di Jabar. Apalagi sudah dua kali PKS memenangi Pemilihan Gubernur Jabar. Gubernur Jabar Ahmad Heryawan merupakan kader PKS. Menurut anggota Majelis Syuro PKS Tb Soenmandjaja, PKS telah mengerahkan segala potensi kader untuk meraih kepercayaan masyarakat Jabar.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, Partai Gerindra juga melihat Jabar sebagai daerah yang strategis. Hal itu karena Jabar memiliki jumlah kursi legislatif terbanyak dari semua provinsi. ”Dengan 91 kursi dan 11 dapil, ini yang paling besar,” kata Fadli Zon, Selasa.

Bagi Gerindra, teknis pemenangan suara adalah dengan turun langsung ke masyarakat. Hal ini juga yang mendasari, banyaknya caleg yang berusia muda. ”Saya perhatikan, sekitar 60 persen caleg Gerindra terjun ke masyarakat,” kata Fadli.

Ia menyatakan, terkait dengan dukungan dari daerah, terutama di wilayah-wilayah yang kepala daerahnya didukung Gerindra cukup membuat Gerindra leluasa. Namun, kenyataannya, tidak ada kepala daerah yang murni berasal dari Gerindra. Oleh karena itu, menurut Fadli, gerakan turun ke masyarakat ini yang lebih efektif. (OSA/RYO/FER/NTA/EDN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com