Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Skenario Jokowi Dekati Tokoh Islam...

Kompas.com - 29/03/2014, 07:17 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Joko Widodo getol menyambangi sejumlah tokoh Islam di daerah. Dua skenario politik diduga sedang dijalankan Jokowi dan partainya.

"Selain mengukuhkan hubungan partai nasionalis dengan kelompok kekuatan Islam, langkah Jokowi juga bisa untuk mencegah skenario poros tengah yang dimotori partai politik berbasis Islam," papar pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (28/3/2014).

Secara historis, ujar Ari, kelompok nasionalis seperti PDI-P memiliki hubungan yang telah berlangsung lama dan baik dengan kelompok Islam. Dalam konteks ini, Ari berpendapat Jokowi ingin mengukuhkan kembali kedekatan tersebut. "Sejalan dengan perlunya dukungan kuat pada partai dan dirinya sebagai bakal calon presiden."

Menurut Ari, langkah Jokowi tersebut bukan untuk mendikotomikan kelompok tertentu. "Tapi, saya rasa semangatnya untuk menegaskan ikatan itu," kata Ari, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (28/3/2014) malam.

Mencegah poros tengah

Selain meneguhkan ikatan dengan kelompok basis massa Islam, Ari juga berpendapat langkah Jokowi ini juga bertujuan mencegah terbentuknya skenario poros tengah. Dia memunculkan dugaan tersebut berdasarkan pengamatan atas dinamika politik nasional terkini.

Menurut Ari, dinamika politik saat ini mengharuskan PDI-P merangkul semua pihak untuk menghadapi Pemilu 2014. "Ada upaya untuk mencegah skenario poros tengah karena mulai ada gerakan menggalang sentimen agama untuk dibenturkan dengan partai nasionalis," ujar dia.

Soal dampaknya, Ari berkeyakinan upaya Jokowi akan membuahkan hasil positif, baik untuk PDI-P maupun bagi dukungan untuk pencalonannya sebagai bakal calon presiden. Jokowi, kata dia, punya modal penting berupa citra positif.

Karenanya, ujar Ari, komunikasi politik yang Jokowi lakukan pun tak akan mendapat banyak kendala. "Jangka pendeknya tentu soal dukungan. Tapi, rasanya PDI-P telah menghitung keuntungan jangka panjang karena tak mungkin dapat membangun bangsa tanpa melibatkan pihak lain, termasuk kelompok Islam," kata dia.

Seperti diketahui, sebelum melakukan kampanye di Lapangan Sumampir, Cilegon, Banten, Jumat (28/3/2014), Jokowi menyempatkan diri bertemu dengan tokoh Islam di Banten. Dia berkunjung ke kediaman Ketua Kenadziran Banten TB Ismatullah Al Abas dan ketua sebelumnya, TB Fathul Adzim. Pertemuan berlangsung di Masjid Agung Banten, Serang.

Jokowi juga berziarah ke makam Syekh Sultan Maulana Hasanuddin di Serang. Selain tokoh tersebut, Jokowi sebelumnya juga menemui tokoh Islam, seperti Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, dan istri almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid.

Jokowi tak menampik pertemuan-pertemuan itu memang bertujuan merangkul semua kalangan, termasuk umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia. "Ya, untuk merangkul semua," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDN Diserang 'Ransomware', Komisi I Ingatkan Pentingnya Peningkatan Keamanan Siber

PDN Diserang "Ransomware", Komisi I Ingatkan Pentingnya Peningkatan Keamanan Siber

Nasional
PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

PKS Jagokan Sohibul Iman di Jakarta, Airlangga Ingatkan Pilkada Butuh Koalisi

Nasional
Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Staf Airlangga Jadi Pj Gubernur Sumsel, Mendagri: Kami Ingin Beri Pengalaman

Nasional
Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Tanggapi Putusan MA, Mendagri: Pelantikan Kepala Daerah Tidak Perlu Serentak

Nasional
Badan Pengkajian MPR Sebut Wacana Amendemen UUD 1945 Terbuka untuk Didiskusikan

Badan Pengkajian MPR Sebut Wacana Amendemen UUD 1945 Terbuka untuk Didiskusikan

Nasional
Sahroni Didorong Maju Pilkada Jakarta, Paloh: Dia Punya Kapabilitas, tetapi Elektabilitasnya...

Sahroni Didorong Maju Pilkada Jakarta, Paloh: Dia Punya Kapabilitas, tetapi Elektabilitasnya...

Nasional
Istana Tetapkan Tema dan Logo HUT ke-79 RI: 'Nusantara Baru, Indonesia Maju'

Istana Tetapkan Tema dan Logo HUT ke-79 RI: "Nusantara Baru, Indonesia Maju"

Nasional
KPI Tegaskan Belum Pernah Terima Draf Resmi RUU Penyiaran

KPI Tegaskan Belum Pernah Terima Draf Resmi RUU Penyiaran

Nasional
Dinyatakan Langgar Etik, Bamsoet: Saya Tak Mau Berpolemik

Dinyatakan Langgar Etik, Bamsoet: Saya Tak Mau Berpolemik

Nasional
Pakar Sebut Prabowo Bakal Menang Mudah jika Presiden Dipilih MPR

Pakar Sebut Prabowo Bakal Menang Mudah jika Presiden Dipilih MPR

Nasional
Ungkap Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Willy Aditya: Habis Pemilu Berteman Lagi...

Ungkap Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Willy Aditya: Habis Pemilu Berteman Lagi...

Nasional
PDN Diserang 'Ransomware', Tanggung Jawab Penyedia Layanan Disorot

PDN Diserang "Ransomware", Tanggung Jawab Penyedia Layanan Disorot

Nasional
Menkominfo: Pemerintah Tidak Akan Bayar Permintaan Tebusan 8 Juta Dollar Peretas PDN

Menkominfo: Pemerintah Tidak Akan Bayar Permintaan Tebusan 8 Juta Dollar Peretas PDN

Nasional
Serangan Siber ke PDN, Kesadaran Pemerintah Amankan Sistem Dinilai Masih Rendah

Serangan Siber ke PDN, Kesadaran Pemerintah Amankan Sistem Dinilai Masih Rendah

Nasional
Berkaca dari Kasus Vina Cirebon, Komnas HAM Sebut Proses Penyidikan dan Penyelidikan Polisi Rentan Pelanggaran

Berkaca dari Kasus Vina Cirebon, Komnas HAM Sebut Proses Penyidikan dan Penyelidikan Polisi Rentan Pelanggaran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com