Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektabilitas Melorot, Apa Komentar PDI-P?

Kompas.com - 09/01/2014, 09:22 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Desember 2013 tidak menunjukkan korelasi positif antara elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi yang terus meroket dan elektabilitas PDI Perjuangan (PDI-P). Elektabilitas partai berlambang banteng moncong putih ini bahkan dalam survei tersebut justru menurun.

Apa kata PDI-P? Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Eriko Sotarduga mengatakan, elektabilitas Jokowi tinggi karena dihadapkan pada pilihan figur. Saat ini, pemilih di Indonesia masih sangat bergantung pada figur yang ditawarkan.

"Karena ditawarkan ada nama Pak Jokowi, jadi masyarakat lebih jelas memilihnya. Kalau partai kan belum menentukan figur yang diusungnya siapa, jadi sangat wajar tidak berpengaruh," ujar Eriko saat dihubungi, Kamis (9/1/2014).

Eriko menuturkan, pemilih PDI-P juga masih banyak yang merupakan massa mengambang. Saat elektabilitas PDI-P turun dari 23,6 persen pada bulan Juni 2013 menjadi 21,8 persen pada bulan Desember 2013 versi survei Litbang Kompas, menurut dia, itu diakibatkan larinya pemilih dari massa mengambang ini.

"Bisa jadi dari ribuan itu ada 10-30 orang yang masih swing voter," kata Eriko.

Anggota Komisi V DPR itu mengaku yakin jika PDI-P sudah mendeklarasikan pasangan capres-cawapres, akan ada korelasi kuat antara elektabilitas kandidat dan partai. Meski demikian, Eriko memastikan PDI-P tidak akan terburu-buru dalam menetapkan pasangan capres-cawapres.

"Survei ini pasti akan dievaluasi oleh Ketua Umum (Megawati). Tapi, tidak juga menjadikan kami terburu-buru mengambil keputusan. Saat ini, kami masih menunggu masukan dari struktur dan anggota kami di daerah," ucapnya.

Megawati, diyakini Eriko, sudah memiliki pertimbangan matang dalam memilih calon pemimpin Indonesia. Dia menjelaskan, lamanya PDI-P menentukan capres karena tidak ingin salah dalam mencari pemimpin Indonesia.

"Bu Mega itu sudah mengalami hal-hal yang tidak pernah kita alami, mulai dari masa Bung Karno, sampai sekarang. Jadi, bagi Bu Mega, menetapkan capres bukanlah perkara ini kepentingan PDI-P, tapi soal bangsa," ujar Eriko.

Seperti diberitakan, dukungan untuk Jokowi terus melejit seandainya pemilu digelar hari ini. Bila suara Jokowi melompat berlipat kali dalam rentang waktu setahun, 2012 hingga 2013, perolehan dukungan untuk PDI-P justru melorot pada paruh kedua perjalanan survei.

Padahal, hingga setengah perjalanan 2013, partai ini mampu memikat para pemilih rasional untuk memilihnya jika pemilu digelar saat itu. Pada Desember 2012, rilis pertama rangkaian survei Kompas mendapatkan dukungan untuk PDI-P pada kisaran 13,3 persen. Angka tersebut melompat menjadi 23,6 persen pada putaran kedua survei yang dipublikasikan pada Juni 2013. Lonjakan ini berdasarkan data survei tersebut berasal dari kalangan pemilih rasional.

Sayangnya, bila tren peningkatan dukungan suara untuk Jokowi terus berlanjut hingga putaran ketiga survei yang pelaksanaannya rampung pada Desember 2013, arus dukungan untuk PDI-P justru seolah mampat. Jangankan tetap, survei ketiga malah mendapatkan penurunan suara dialami partai ini. Dukungan untuk PDI-P turun menjadi 21,8 persen pada survei ketiga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com