JAKARTA, KOMPAS.com — Nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono muncul dalam persidangan terdakwa Ahmad Fathanah terkait dugaan suap impor daging sapi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Nama Presiden SBY disebut oleh salah satu saksi yang dihadirkan, yakni Ridwan Hakim.
Awalnya, pengadilan memutar rekaman sadapan antara Fathanah dan Ridwan. Dalam rekaman, Fathanah menyampaikan kepada Ridwan bahwa uang Rp 40 miliar sudah beres dan dikirim melalui Sengman dan Hendra. Ketika ditanya oleh hakim siapa Sengman, Ridwan menjawab, "Presiden kita, Pak SBY".
Bagaimana tanggapan pihak Istana atas kesaksian tersebut? Berikut transkip wawancara para wartawan dengan Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (30/8/2013).
Julian (J): Apa itu Sengman?
Wartawan (W): Nama orang.
J: Terus saya disuruh komentar apa?
W: Tanggapannya gimana?
J: Saya enggak bisa menanggapi. Saya enggak mengerti itu apa, konteksnya apa. Sengman itu siapa?
W: Disebut utusan Presiden.
J: Saya enggak pernah dengar nama itu.
W: Presiden sudah tahu soal kesaksian itu?
J: Belum ada dari kami yang melaporkan kepada beliau (SBY).
Wartawan pun kembali menjelaskan kesaksian Ridwan.
J: Presiden banyak, Presiden Taksi, presiden perusahaan.
W: Kan jelas disebut Presiden kita, Pak SBY.
J: Presiden kita siapa? Presiden kita namanya? Enggaklah. Utusan Presiden kan jelas. Ini kan lembaga Kepresidenan. Kalau disebutkan dia utusan Presiden kan jelas, dasarnya apa. Kami kan semua ada dasarnya, bukan personal. Apakah itu berupa Keppres atau surat yang dikeluarkan melalui Setneg.
Kalau ngomong utusan Presiden, enggak jelas. Mungkin bukan Presiden Pak SBY saya kira. Kami tidak pernah mendengar nama itu sebagai utusan Presiden. Itu saya pastikan. Kalau di dalam itu ada pernyataan-pernyataan, itu silakan proses pengadilan.
W: Akan ada tindak lanjut dari Presiden?
J: Saya tidak berkomentar lebih jauh. Kalau ditanyakan apakah itu utusan Presiden, saya katakan bukan, tidak ada nama tersebut dalam utusan Presiden SBY, kecuali kalau presiden yang lain. Kan presiden banyak sekarang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.