Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Optimalisasi Paling Rawan Dimainkan Banggar

Kompas.com - 03/01/2013, 13:10 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Anggota Badan Anggaran (Banggar) dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Taslim Chaniago mengakui peluang terbesar terjadinya praktik korupsi memang terjadi di Banggar DPR. Hal ini menyusul adanya temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang menyebutkan ada 20 nama anggota Banggar yang memiliki transaksi mencurigakan.

"Pengamatan saya memang rentan sekali, terutama pembahasan di akhir tahun, pembahasan di APBN dan perubahan serta dana optimalisasi. Di situ letak peluang memburu anggaran," ujar Taslim, Kamis (2/1/2013) saat dihubungi wartawan.

Taslim mengatakan bahwa dana optimalisasi menjadi alokasi anggaran yang paling rawan dipermainkan anggota dewan. Ketika itu, masing-masing departemen saling memburu dana optimalisasi yang nilainya bisa mencapai Rp 20 triliun.

"Kemungkinan anggota DPR disuap bisa saja utk percepat proses persetujuan dana itu. Ini seperti pepatah ada gula ada semut, di mana yang membagi gula itu kan DPR. Peluang dari dana optimalisasi ini yang perlu dicermati KPK, PPATK," ujar Taslim.

Fraksi Tak Punya Kekuatan

Praktik permainan anggaran ini, diakui Taslim, menjadi hal yang lumrah. Ia pun memutuskan keluar dari Banggar lantaran tidak mau ikut campur dalam praktik-praktik yang melanggar pidana.

Meski sudah menjadi rahasia umum, Taslim menilai fungsi pengawasan tidak bisa dilakukan secara maksimal oleh fraksi terhadap anggota-anggotanya di Banggar.

"Fraksi tidak bisa ikut campur terlalu jauh. Fraksi hanya bisa meminta anggotanya untuk mencegah tindak pidana korupsi, tapi tidak bisa mengawasi setiap kerja anggota DPR," ujarnya.

Taslim pun mengakui ketegasan fraksi juga diperlukan. Jika ada fraksi yang memerintahkan anggotanya mengumpulkan dana, maka anggota Banggar itu akan melakukan penyimpangan.

"Kalau fraksi tidak perintahkan, itu artinya hanya pribadi. Fraksi bisa melarang penggunaan sumber dana tidak sah," ucap Taslim.

Menutup Peluang Anggota Banggar

Menurut Taslim, untuk memperbaiki kinerja Banggar agar bersih perlu kebijakan tegas dari pimpinan partai politik dan pemerintah. Dana optimalisasi yang selama ini rawan dikorupsi bisa diambil alih oleh Presiden.

"Kewenangan dana optimalisasi Rp 20 Triliun ini harus diambil oleh presiden dan bicara dengan fraksi parpol yang besar untuk cegah jangan sampai uang itu dimainkan. Selain itu, perlu juga metrik pembagian kebutuhan, sehingga anggota tidak bisa macam-macam," ucap Taslim.

Selama kewenangan dilimpahkan sepenuhnya kepada anggota Banggar, Taslim yakin peluang korupsi akan terus terbuka. "Selama anggaran dana optimalisasi itu masih ada, agak susah kita katakan Banggar ini cukup bersih. Fraksi harus buat orang bersih, nah sejauh mana mereka paham godaan, karena pasti pemerintah melakukan lobi untuk kepentingannya," kata Taslim.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Menteri ATR/Kepala BPN Serahkan 356 Sertifikat Tanah Elektronik untuk Pemda dan Warga Bali

Nasional
Pernah Dukung Anies di Pilkada DKI 2017, Gerindra: Itu Sejarah, Ini Sejarah Baru

Pernah Dukung Anies di Pilkada DKI 2017, Gerindra: Itu Sejarah, Ini Sejarah Baru

Nasional
Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Pemerintah Akan Evaluasi Subsidi Energi, Harga BBM Berpotensi Naik?

Nasional
MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke 'Crazy Rich Surabaya'

MK Tolak Gugatan Anggota DPR Fraksi PAN ke "Crazy Rich Surabaya"

Nasional
Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Wapres Harap Ekonomi dan Keuangan Syariah Terus Dibumikan

Nasional
Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Wapres Sebut Kuliah Penting, tapi Tak Semua Orang Harus Masuk Perguruan Tinggi

Nasional
BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

BNPB: 2 Provinsi dalam Masa Tanggap Darurat Banjir dan Tanah Longsor

Nasional
Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Pimpinan KPK Alexander Marwata Sudah Dimintai Keterangan Bareskrim soal Laporan Ghufron

Nasional
Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para 'Sesepuh'

Drama Nurul Ghufron Vs Dewas KPK dan Keberanian Para "Sesepuh"

Nasional
Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Di Hadapan Jokowi, Kepala BPKP Sebut Telah Selamatkan Uang Negara Rp 78,68 Triliun

Nasional
Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Hadapi Laporan Nurul Ghufron, Dewas KPK: Kami Melaksanakan Tugas

Nasional
MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

MK Tolak Gugatan PPP Terkait Perolehan Suara di Jakarta, Jambi, dan Papua Pegunungan

Nasional
11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

11 Korban Banjir Lahar di Sumbar Masih Hilang, Pencarian Diperluas ke Perbatasan Riau

Nasional
Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Perindo Resmi Dukung Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jatim 2024

Nasional
KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

KPK Usut Dugaan Pengadaan Barang dan Jasa Fiktif di PT Telkom Group, Kerugian Capai Ratusan Miliar Rupiah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com