Oleh Bestian Nainggolan dan Bambang Setiawan
KOMPAS.com - Hasil survei prapemilu oleh sejumlah lembaga yang memprediksi kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dalam Pemilu Presiden 2009 mendekati kenyataan. Publikasi hitung cepat kian mengindikasikan hal itu.
Dengan keberhasilan ini, pantaskah survei dijadikan rujukan ideal dalam mengekspresikan opini publik?
Pemilu 8 Juli tidak saja menjadi ajang persaingan di antara ketiga pasangan kandidat presiden ataupun partai politik, tetapi sekaligus juga arena pembuktian kesahihan memprediksi di antara lembaga-lembaga survei.
Setelah perdebatan cukup panjang terkait dua hal, yakni netralitas lembaga penelitian dan dampak publikasi hasil penelitian, tiba waktunya melihat dengan arif lembaga survei atas dasar mutu hasil penelitian. Pemilu menjadi momen untuk menyeleksi manakah lembaga yang memiliki kredibilitas dan mana yang sulit dipercaya.
Merujuk pada hasil hitung cepat (quick count) yang dilakukan sejumlah lembaga survei sesaat setelah pengumpulan suara pemilu usai, pemenang pemilu presiden dapat ditebak saat ini. Dengan selisih perolehan yang cukup jauh, pasangan Yudhoyono-Boediono ditempatkan pada posisi teratas di kisaran 60-an persen dalam hitung cepat Pemilu Presiden 2009. Menyusul kemudian pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto di kisaran 27-an persen dan Jusuf Kalla-Wiranto 13-an persen.
Hasil hitung cepat ini menggenapi pula prediksi hasil pemilu yang sebelumnya dilakukan beberapa lembaga survei.
Tidak berubah
Ketepatan memprediksi Pemilu 2009 menjadi catatan tersendiri bagi perjalanan survei opini publik di negeri ini.
Menariknya, kondisi demikian terjadi secara konsisten pada ketiga ajang kontestasi pemilu (1999-2009) pada era liberalisasi politik ini. Selama itu, tidak ada satu pun lembaga survei yang berhasil memprediksi secara tepat dan akurat terhadap proporsi yang dicapai setiap peserta pemilu. Demikian pula tidak ada satu pun lembaga survei yang mampu mempertahankan secara konsisten dari waktu ke waktu ketepatan prediksi mereka.
Babak baru