Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Kompas.com - 25/04/2024, 21:40 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - National Air and Space Power Centre Indonesia (NASPCI) bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan Strategy ASEAN International Advocacy and Consultancy (SAIAC) menggelar diskusi membahas pengembangan satelit dan keamanan antariksa.

Diskusi yang mengundang perwakilan 14 negara yang terdiri dari diplomat, praktisi, akademisi, dan industri itu digelar di Gedung NASPCI, Kompleks Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (25/4/2024).

Ketua NASPCI Marsma Penny Rajendra mengatakan, saat ini Indonesia mengembangkan satelit dan pembangunan teknologi keantariksaan.

“Ini tidak saja untuk kebutuhan komunikasi, internet, dan sebagainya, tapi juga untuk masalah command and control di persenjataan di militer,” ujar Penny kepada awak media.

Baca juga: Pelaku Industri Satelit Nasional Mampu Penuhi Kebutuhan Akses Internet Domestik

Penny mengatakan, satelit bukan suatu hal yang baru bagi Indonesia.

Pada tahun 1963, TNI AU yang memulai meluncurkan roket pertama dan ketiga di Asia.

“Indonesia saat ini belum memiliki satelit yang khusus untuk militer. Kita masih berkolaborasi dengan komersial. Karena pada prinsipnya, satelit itu bisa dual use, bisa militer, bisa sipil,” kata Penny.

Diskusi atau lokakarya diplomatik ini, kata Penny, untuk membangunan kesadaran antariksa di Indonesia dan membangun dialog dengan mitra.

“Dengan adanya lokakarya ini diharapkan masyarakat Indonesia perlu juga mewaspadai permasalahan keamanan antariksa, seperti sampah antariksa dan perlombaan antariksa yang akan mengancam bangsa kita,” kata Penny.

Baca juga: BRIN-PT Nestle Indonesia Kolaborasi Riset Pertanian Berkelanjutan

Sementara itu, peneliti senior BRIN Chusnul Tri Judianto mengatakan bahwa satelit remote sensing atau penginderaan jauh.

“Nanti direncanakan dalam 8 atau 10 ke depan itu kita sudah akan memiliki sebuah sebuah konstelasi satelit, di mana menggunakan satelit remote sensing, baik optik maupun radar,” ujar Chusnul.

“Karena itu kita butuhkan di Indonesia, karena kita tahu bahwa Indonesia penuh awan, hujan, dan segala macam,” kata dia.

CEO SAIAC Shaanti Shamdasani mengatakan, berkembangnya teknologi membuat kebutuhan satelit meningkat.

“Kami berikan rekomendasi kepada pemerintah, supaya ada masukan-masukan yang valid, masukan yang benar-benar dilalui oleh proses pemikiran cukup matang,” kata Shaanti.

Baca juga: Peneliti BRIN: Masyarakat Tionghoa Banyak Partisipasi dalam Hal Budaya dan Agama

Diskusi dihadiri perwakilan dari berbagai negara, seperti Duta Besar Chile Mario Ignacio Artaza, perwakilan Kedutaan Besar Italia untuk Indonesia Kapten (Navy) Maurizio Pitton, hingga perwakilan industri dari Airbus Indonesia dan Lockheed Martin.

“Lockheed Martin sangat mendukung pengembangan pengembangan satelit dan antariksa di Indonesia,” kata Country Manager Lockheed Martin Anita Ibrahim.

Perwakilan dari TNI AU seperti Asisten Potensi Dirgantara Kepala Staf Komando Operasi Udara Nasional Marsma Fajar Adriyanto dan Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma Destianto Utama turur hadir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Hari Ke-6 Pemberangkatan Haji, 41.189 Jemaah Asal Indonesia Tiba di Madinah

Nasional
UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

UKT Naik Bukan Sekadar karena Status PTNBH, Pengamat: Tanggung Jawab Pemerintah Memang Minim

Nasional
Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Di APEC, Mendag Zulhas Ajak Jepang Perkuat Industri Mobil Listrik di Indonesia

Nasional
Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Biaya UKT Naik, Pengamat Singgung Bantuan Pendidikan Tinggi Lebih Kecil dari Bansos

Nasional
Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Penuhi Kebutuhan Daging Sapi Nasional, Mendag Zulhas Dorong Kerja Sama dengan Selandia Baru

Nasional
UKT Naik, Pengamat: Jangan Sampai Mahasiswa Demo di Mana-mana, Pemerintah Diam Saja

UKT Naik, Pengamat: Jangan Sampai Mahasiswa Demo di Mana-mana, Pemerintah Diam Saja

Nasional
Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Profil Mayjen Dian Andriani, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama TNI AD

Nasional
Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Status Gunung Ibu di Halmahera Meningkat, Warga Dilarang Beraktivitas hingga Radius 7 Kilometer

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com