Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Putin, Jokowi, dan Demokrasi Kita

Kompas.com - 20/03/2024, 06:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

VLADIMIR Vladimirovich Putin, politisi dan mantan intel Rusia yang akan berusia 72 tahun pada Oktober tahun ini, unggul dengan 87 persen suara dalam pemilihan Presiden Rusia tahun 2024, menurut data perhitungan suara yang diumumkan oleh Pusat Penelitian Opini Publik Rusia.

Posisi kedua dengan jarak yang sangat lebar diduduki oleh Nikolai Kharitonov dari Partai Komunis dengan 4,6 persen suara.

Vladislav Davankov dari Partai Rakyat Baru memperoleh 4,2 persen suara dan Leonid Slutsky, Pemimpin LDPR (Partai Demokratik Liberal Rusia) memperoleh 3 persen suara. Sementara itu, sekitar 1,2 persen suara pada pemilu Rusia dinyatakan tidak sah.

Distribusi perolehan suara di pemilihan Rusia kali ini semakin mengundang tanya. Pemilihan yang diikuti oleh empat pasang calon, secara matematis, sulit untuk dimenangkan dengan angka yang sangat telak dalam sekali putaran. Namun politik di Rusia tentu tidak sama dengan di negara-negara demokrasi Barat.

Kegagalan transisi demokrasi di era mantan Presiden Rusia Boris Nikolayevich Yeltsin dan awal masa pemerintahan Vladimir Putin adalah pangkal perkaranya.

Secara ekonomi, gagalnya resep "shock therapy" ala Eropa Timur yang diterapkan di Rusia justru melahirkan sistem ekonomi yang sangat tidak sehat.

Privatisasi yang menjadi salah satu "obat" ala Washington Consensus justru melahirkan oligar-oligar baru di Rusia, yang menguasai berbagai bekas perusahaan negara peninggalan rezim komunis Uni Soviet.

Sebagai informasi, resep Washington Consensus adalah berupa kebijakan liberalisasi cepat, yang terdiri dari kebijakan liberalisasi harga-harga (penghapusan subsidi), privatisasi BUMN, deregulasi atau pelonggaran aturan-aturan ekonomi, debirokratisasi atau mengurangi peran pemerintah dalam bidang ekonomi, dan liberalisasi kurs mata uang (floating foreign exchange).

Kegagalan resep shock therapy tersebut tentu dipengaruhi faktor politik. Yeltsin yang sempat diandalkan oleh Amerika Serikat dalam melakukan liberalisasi ekonomi di Rusia justru bermain mata dengan para oligar.

Bahkan, Yeltsin mengandalkan barisan oligar untuk memuluskan eksistensi kekuasaannya selama hampir sepuluh tahun.

Dan dalam rangka penyelamatan politik (political escape) pula Yeltsin menggandeng Putin masuk ke pusat kekuasaan Rusia di Kremlin.

Keberhasilan Putin dalam menyelamatkan Anatoly Sobchak; mantan Wali Kota St. Petersburg sekaligus mentor Putin dalam politik, dari kasus korupsi, menarik perhatian Yeltsin yang kala itu merupakan Presiden Rusia.

Dengan kata lain, Putin melanjutkan pembelokan liberalisasi ekonomi politik Rusia yang telah dimulai oleh Yeltsin.

Putin berhasil memindahkan nyaris semua oligar-oligar yang berada di belakang Yeltsin menjadi pendukung setianya. Sementara oligar yang dianggap tak sejalan, satu persatu bisnis dan perusahaannya dipreteli dan pemiliknya diasingkan ke luar negeri.

Nah, dengan kondisi ekonomi politik demikian, tentu sudah bisa dibayangkan seperti apa realitas demokrasi di Rusia saat ini, yakni demokrasi prosedural berbasis oligarki.

Artinya, dengan menyubordinasi "nyaris" semua sumber daya dan kekuatan ekonomi yang ada di Rusia, maka tidak terdapat sedikitpun insentif, baik ekonomi maupun politik, bagi oposisi untuk lahir, "stand up" berkompetisi, apalagi melawan Putin.

Kondisi ekonomi di masa awal Putin berkuasa, yakni dari tahun 2000-2008, terbilang cukup baik secara makro. Ekonomi Rusia tumbuh "ciamik" dengan rata-rata 8 persen, walaupun sangat dominan bergantung kepada sumber daya alam (SDA) minyak dan gas (migas) Rusia yang sangat besar.

Karena kondisi ekonomi yang cukup baik tersebut, kekuasaan Putin juga berjalan baik lantaran didukung oleh kepuasan publik yang cukup tinggi. Namun situasi berbalik arah di tahun 2008, di mana Rusia sempat mengalami tekanan ekonomi sebagai imbas dari krisis finansial 2008.

Lalu menjelang tahun 2012, saat itu Putin menjabat sebagai Perdana Menteri, harga minyak dunia terjun bebas. Ekonomi Rusia diterjang penurunan drastis harga minyak dunia, yang memangkas pendapatan Rusia hampir setengahnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

Nasional
Nasdem: Anies 'Top Priority' Jadi Cagub DKI

Nasdem: Anies "Top Priority" Jadi Cagub DKI

Nasional
Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Sekjen PDI-P: Banyak Pengurus Ranting Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Terjadi

Nasional
Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Bisa Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Hakim Perempuan, Ketua MA Apresiasi Penyelenggaraan Seminar Internasional oleh BPHPI

Nasional
Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Jelang Pemberangkatan Haji, Fahira Idris: Kebijakan Haji Ramah Lansia Harap Diimplementasikan secara Optimal

Nasional
Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Anies Tak Mau Berandai-andai Ditawari Kursi Menteri oleh Prabowo-Gibran

Nasional
PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

PKS Siapkan 3 Kadernya Maju Pilkada DKI, Bagaimana dengan Anies?

Nasional
Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Anies Mengaku Ingin Rehat Setelah Rangkaian Pilpres Selesai

Nasional
Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Koalisi Gemuk Prabowo-Gibran ibarat Pisau Bermata Dua

Nasional
Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P dalam Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com