Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Surya Paloh Usai Pilpres, Jokowi Dinilai Sedang "Memecah, Mencegah, dan Merangkul"

Kompas.com - 21/02/2024, 08:28 WIB
Ardito Ramadhan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menilai, Presiden Joko Widodo melakukan langkah 3M yakni memecah, mencegah, dan merangkul, ketika bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Minggu (18/2/2024) lalu.

"Pak Jokowi saya istilahkan sedang melakukan langkah semacam 3M saya mengistilahkan, pertemuan dengan Pak Surya ini. 3M itu apa, memecah, mencegah, dan merangkul, merangkul atau merayu lah," kata Hanta dalam program Obrolan News Room Kompas.com, Selasa (20/2/2024).

Hanta menuturkan, pertemuan Jokowi dan Surya Paloh dapat dimaknai upaya untuk memecah Koalisi Perubahan yang mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Baca juga: Tak Seperti Surya Paloh, Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan dari Jokowi

Kongsi politik itu terdiri dari Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Itu kalau Pak Surya sudah goyang, kemudian sudah bergeser-geser sedikit, paling tidak sudah menerima hasil dan seterusnya, kemungkinan akan bergeser itu sudah tanda itu, dan kemungkinan (koalisi) Amin akan pecah," ujar Hanta.

Dengan demikian, Anies tidak lagi mempunyai kaki politik untuk mengusung narasi perubahan.

Hanta melanjutkan, pertemuan Jokowi dan Surya Paloh juga merupakan upaya untuk mencegah pertemuan antara Paloh dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Menurut Hanta, Jokowi perlu mencegah pertemuan dua bos partai politik ini supaya PDI-P dan Nasdem tidak bersekutu untuk menjadi oposisi pada pemerintahan berikutnya.

"Itu awal pertemuan yang akan mengkonsolidasi opisisi, karena kalau ada pertemuan Ibu Mega dan Pak Surya, ini ada kemungkinan akan ada oposisi yang terkonoslidasi. Itu juga yang mungkin dicegah Pak Jokowi," ujar dia.

Baca juga: Surya Paloh Temui Jokowi, Anies Yakin Sikap Politik Nasdem Tak Berubah

Terakhir, pertemuan Jokowi dan Surya Paloh juga bisa dimaknai sebagai upaya Jokowi agar Partai Nasdem masuk dalam barisan pendukung pasagnan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Pasalnya, koalisi pendukung Prabowo-Gibran belum menguasai mayoritas parlemen sehingga butuh dukungan dari Nasdem maupun PKB yang dinilai tak punya DNA sebagai oposisi.

"Kita tahu pemerintahan, kalau Prabowo-Gibran dilantik, itu belum cukup 50 persen di parlemen, mereka butuh dukungan parlemen yang cukup memadai," kata Hanta.

"Minimal simple majority atau mayoritas sederhana untuk menyukseskan agenda pemerintahan, mengajukan proposal kebijakan, mereka harus 55-60 persen minimal," imbuh dia.

Seperti diketahui, Jokowi dan Paloh bertemu di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Minggu petang hingga malam lalu.

Jokowi mengeklaim bahwa pertemuannya dengan Paloh adalah pertemuan biasa dan topik yang dibahas pun masalah politik yang menurutnya biasa saja.

Baca juga: Sebut Pertemuan Jokowi-Surya Paloh Biasa dalam Politik, Mahfud: Yang Penting Demokrasi Dijaga

"Memang ada pertemuan dan itu akan sangat bermanfaat bagi perpolitikan kita, bagi negara kita," kata Jokowi, Senin (19/2/2024).

Senada, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali juga menilai pertemuan kedua tokoh itu merupakan hal yang biasa karena Nasdem masih menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin

"Pertemuan itu bisa kita lihat pada perspektif bahwa Pak Jokowi dan Pak Surya itu dalam bagian koalisi Pak Jokowi 2019. Apa yang pernah saya dan Pak Surya sampaikan sebelumnya, bahwa komitmen-komitmen Nasdem akan mengawal pemerintahan sampai 2024,” kata Ali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com