Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertemuan Jokowi-Surya Paloh, "Penyambung Lidah" atau Manuver Redam Bibit Oposisi?

Kompas.com - 20/02/2024, 05:45 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh melalui jamuan makan malam di Istana Negara pada Minggu (18/2/2024) menjadi sorotan.

Sejak Nasdem mendeklarasikan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden, mereka seolah dalam posisi berhadapan secara politik dengan Presiden Jokowi.

Meski menjadi salah satu partai politik pendukung pemerintah, posisi Nasdem seolah terdesak karena hanya tinggal memiliki satu kader yang duduk di kabinet yaitu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.

Sebanyak 2 kader Nasdem yang sempat menjabat menteri mengundurkan diri karena diterpa kasus korupsi. Mereka adalah adalah Johnny Gerard Plate dan Syahrul Yasin Limpo.

Baca juga: Makna Pertemuan Jokowi-Surya Paloh, Apa Bedanya Orang yang Mengundang?

Di sisi lain, Nasdem berpeluang menjadi oposisi karena dari hasil penghitungan sementara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), persentase suara pasangan capres-cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar berada di bawah pesaingnya, yakni capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Subianto.

Menurut peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, setelah melihat hasil sementara Pilpres 2024 maka diperkirakan ada makna tersembunyi di balik pertemuan Jokowi dan Surya Paloh.

"Pertemuan antara Surya Paloh dan Presiden Joko Widodo memang tidak bisa dimungkiri erat kaitannya dengan konfigurasi politik pascapemilu 14 Februari kemarin," kata Bawono saat dihubungi pada Senin (19/2/2024).

Menurut Bawono, pertemuan itu adalah taktik Jokowi supaya pihak-pihak yang perolehan suaranya dalam Pilpres 2024 tidak menghimpun kekuatan menjadi oposisi terhadap pemerintahan mendatang.

Baca juga: Soal Status Jokowi dan Gibran di PDI-P, Hasto: Kader Bukan dalam Bentuk KTA, tetapi Juga Sikap Politiknya

Apalagi saat ini hubungan Jokowi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) retak akibat manuver politik presiden menjelang Pemilu dan Pilpres.

PDI-P menjadi salah satu pengusung capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

"Pertemuan Presiden Joko Widodo dan Surya Paloh bisa dibaca sebagai sebuah strategi politik dari Presiden Joko Widodo untuk mencegah terjadinya konsolidasi antara kekuatan partai-partai koalisi pengusung pasangan calon 1 dan partai-partai koalisi pengusung pasangan calon 3," ujar Bawono.

Baca juga: Surya Paloh Temui Jokowi, Sudirman Said Sebut Tiga Parpol Setia di Jalur Perubahan


Menurut Bawono, dengan mengundang Surya Paloh makan malam diperkirakan Jokowi berharap hal-hal yang dibicarakan dalam pertemuan itu bisa disampaikan kepada pihak lain.

Apalagi beberapa waktu lalu berembus kabar Jokowi meminta supaya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi perantara untuk menggelar pertemuan dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Bawono memprediksi, jika kubu pendukung Anies dan Ganjar bersatu dan memilih menjadi oposisi, maka pemerintahan mendatang bakal menemui ganjalan besar buat menjalankan program-programnya.

"Kalau konsolidasi terjadi di antara partai-partai pendukung pasangan koalisi 1 dan 3, maka tentu saja ke depan selama 5 tahun mendatang akan terjadi dominasi kekuatan di parlemen dari partai-partai di luar koalisi pasangan 2," ujar Bawono.

Baca juga: Mahfud Enggan Tanggapi Pertemuan Jokowi dan Surya Paloh di Istana

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

Nasional
Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com