Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB Minta Masyarakat Kritis, Tak Hubungkan Bansos dengan Capres-Cawapres Tertentu

Kompas.com - 04/01/2024, 16:35 WIB
Tatang Guritno,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hasanuddin Wahid meminta masyarakat penerima bantuan sosial (bansos) bersikap kritis.

Ia berharap agar masyarakat tidak lantas mendukung salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) tertentu karena mendapatkan bansos.

Bansos namanya sosial, itu berarti buah dari keputusan politik di eksekutif dan legislatif. Oleh karena itu, dari itu harus betul-betul tepat sasaran, dan tidak boleh diklaim oleh salah satu pihak,” kata Hasanuddin pada Kompas.com, Kamis (4/1/2024).

“Yang kita hindari dari pemberian bansos itu adalah politisasinya,” ujarnya lagi.

Baca juga: Anies: Bansos Dibeli dari Uang Pajak, Jangan Pernah Diklaim Bantuan Pribadi

Hasanuddin mengatakan, bansos bukan hanya hasil kerja pemerintah tetapi juga perjuangan para anggota DPR RI.

Pasalnya, kebijakan maupun besaran yang diterima masyarakat disepakati bersama oleh kedua lembaga tersebut.

Di sisi lain, Hasanuddin menekankan agar masyarakat harus berpikir bahwa bansos itu merupakan haknya. Bukan program yang dikucurkan karena urusan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

“Masyarakat harus dikasih tahu bahwa itu hak mereka. Mereka berhak dapat bansos ada atau tidak ada pilpres mereka berhak dapat bansos,” katanya.

Baca juga: PKB Yakin Suara Anies-Muhaimin Akan Lebih Besar Saat Pencoblosan

Terakhir, ia menekankan jangan ada pihak yang menekan masyarakat untuk memilih pasangan calon (paslon) tertentu dalam proses penyaluran bansos.

Menurut Hasanuddin, masyarakat penerima bansos harus tetap dijamin haknya untuk memilih siapa pun figur yang didukung baik pada pilpres maupun pemilihan legislatif (pileg).

“Tidak boleh mereka merasa ketakutan dan kemudian merasa bahwa oh ini karena jeripayah seseorang. Enggak bisa. Wong itu duitnya rakyat kok, duitnya mereka kok,” ujarnya.

Baca juga: Bandingkan Program Bansos Ganjar dengan Makan Siang Prabowo, PDI-P Singgung Soal Kemampuan Anggaran

Diketahui pemberian bansos oleh pemerintah menjadi sorotan beberapa hari ini.

Pasalnya, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud MD meminta agar pemerintah menunda pemberian bansos sampai Pilpres 2024 selesai.

Hal itu diminta agar bansos tidak dipakai sebagai alat untuk menghimpun dukungan pada paslon tertentu.

Sementara itu, capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo juga meminta agar tak ada politisasi dalam proses pemberian bansos.

Kubu Istana pun telah memberikan jawaban bahwa pengucuran bansos tak ada kaitannya dengan pemilu karena sumbernya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Loyalitas Basis Pemilih PKB, PDI-P, Golkar dan Gerindra Paling Tinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Panglima TNI Kunjungi Markas Pasukan Khusus AD Australia di Perth

Nasional
Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Spesifikasi Rudal Exocet MM40 dan C-802 yang Ditembakkan TNI AL saat Latihan di Bali

Nasional
Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Dubes Palestina Yakin Dukungan Indonesia Tak Berubah Saat Prabowo Dilantik Jadi Presiden

Nasional
Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Gambarkan Kondisi Terkini Gaza, Dubes Palestina: Hancur Lebur karena Israel

Nasional
Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Ada Isu Kemensos Digabung KemenPPPA, Khofifah Menolak: Urusan Perempuan-Anak Tidak Sederhana

Nasional
DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

DPR Disebut Dapat KIP Kuliah, Anggota Komisi X: Itu Hanya Metode Distribusi

Nasional
Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Komisi II DPR Sebut Penambahan Kementerian Perlu Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Pengamat Dorong Skema Audit BPK Dievaluasi, Cegah Jual Beli Status WTP

Nasional
Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Maju Nonpartai, Berapa KTP yang Harus Dihimpun Calon Wali Kota dan Bupati Independen?

Nasional
Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Pengamat: Status WTP Diperjualbelikan karena BPK Minim Pengawasan

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu hingga Mei

Nasional
DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

DKPP Keluhkan Anggaran Minim, Aduan Melonjak Jelang Pilkada 2024

Nasional
Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Jawab Prabowo, Politikus PDI-P: Siapa yang Klaim Bung Karno Milik Satu Partai?

Nasional
Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Pengamat Sarankan Syarat Pencalonan Gubernur Independen Dipermudah

Nasional
Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Komnas Haji Minta Masyarakat Tak Mudah Tergiur Tawaran Haji Instan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com