Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepis Isu Akan Hapus Bansos Jika Terpilih, Ganjar: Itu Cuma untuk Menakut-nakuti

Kompas.com - 19/12/2023, 19:47 WIB
Fika Nurul Ulya,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menepis isu yang menyebut dirinya akan menghapus program bantuan sosial (bansos) yang digulirkan pada zaman Presiden Joko Widodo jika terpilih menjadi presiden.

Menurut Ganjar, isu itu merupakan kampanye hitam (black campaign) untuk menakut-nakuti agar masyarakat tidak memilihnya.

"Saya enggak tahu yang ngomong (isu) ini siapa, karena cerita bansos itu cerita regulasi, cerita anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan DPR," kata Ganjar di pabrik rokok HM Sampoerna di kawasan Bantul, Yogyakarta, Selasa (19/12/2023).

"Jadi cerita-cerita (bansos dihapus) sebenarnya gimik-gimik yang diberikan untuk menakut-nakuti dan sekarang masyarakat bisa tahu," imbuhnya.

Baca juga: Ganjar Mengaku Dititipi Jokowi untuk Tancap Gas Proses Kedaulatan Pangan jika Jadi Presiden

Ganjar menyatakan, pihaknya tidak memiliki rencana untuk menghapus bansos. Dia berpendapat, negara wajib hadir pada kelompok miskin dan rentan dengan memberikan bansos.

Mantan Gubernur Jawa Tengah ini mengaku akan meneruskan dan memperbaiki program bansos lewat salah satu program unggulan yang diusungnya, KTP Satu Kartu Terpadu Indonesia (SAKTI).

Ia menjanjikan optimalisasi penyaluran bansos melalui KTP Sakti, yaitu masyarakat bisa mengakses bansos cukup memakai e-KTP.

"Rakyat mendapatkan (bansos) itu, kita mudahkan mereka dan tepat sasaran. Kan komplain mereka kemarin apa yang didapat si A, si B kok ndak dapat. Nah itulah yang kita bereskan, maka KTP Sakti yang saya dorong itu untuk memudahkan itu," tutur Ganjar.

Baca juga: Disebut Bakal Hentikan Bansos dan Program Pro Rakyat, Ganjar: Yang Ngomong Enggak Ngerti

Ganjar lalu mencontohkan optimalisasi penyaluran bansos dengan memanfaatkan KTP Sakti. Jika dalam satu keluarga ada yang bekerja sebagai petani dan membutuhkan pupuk subsidi, maka pupuk subsidi itu bisa diakses melalui e-KTP.

Jika keluarga buruh tani tersebut dikategorikan sebagai masyarakat miskin, maka keluarganya juga akan mendapatkan bansos. Kemudian, jika keluarga itu memiliki anak yang masih sekolah namun tak mampu membiayai, maka pemerintah akan memberi Kartu Indonesia Pintar (KIP) hanya dengan e-KTP.

"Terus kemudian (jika dikategorikan tidak mampu) dia dapat jaminan kesehatan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Cukup satu (data dari KTP) saja, tapi provide-nya banyak," jelas Ganjar.

Ia tak memungkiri, untuk merealisasikan program itu, pemerintah perlu mengumpulkan dan mengolah data yang besar. Oleh karena itu, data kependudukan perlu diperkuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com