Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Suara NU Jelang Pilpres, Figur "Lengkap" Dinilai Jadi Penentu

Kompas.com - 05/09/2023, 05:30 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan memperebutkan pengaruh Nahdlatul Ulama (NU) menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bakal semakin sengit.

NU dari segi kelembagaan tidak mengasosiasikan diri kepada kelompok politik tertentu, tetapi pengaruh dari kalangan santri, kiai, sampai simpatisannya menjadi rebutan para partai politik dan kandidat Pilpres.

Hal yang terlihat saat ini adalah upaya dari Partai Nasdem dan bakal capres Anies Baswedan menggandeng Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menjadi bakal cawapres.

Basis pendukung PKB diketahui adalah kelompok akar rumput NU. Akan tetapi, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) langsung memberikan pernyataan sikap usai deklarasi pasangan Anies-Muhaimin.

Baca juga: Bertemu Jokowi di Istana, Ketum PBNU: Tak Ada soal Politik, Cuma Guyon-guyon

“Tidak ada (bacapres-bacawapres) atas nama NU. Kalau ada klaim bahwa kiai-kiai PBNU merestui, itu sama sekali tidak benar,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, di kantor PBNU, Senen, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).

Menurut Yahya, PBNU sepakat tidak ikut campur dalam urusan politik praktis menjelang Pilpes 2024.

Yahya mengatakan, NU tetap berjalan sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, serta menjauh dari politik praktis.

Dia mengakui memang ada pihak-pihak yang mencoba mendekati PBNU demi meraih dukungan elektoral. Akan tetapi, PBNU tetap tidak mau ikut campur dalam Pilpres 2024.

“Awal-awal ada yang coba-coba (mendekati PBNU). Tapi, saya kira sekarang sudah kapok, hari-hari ini sudah kapok, karena kita juga tidak bergeser dari gestur,’ Sudah silakan (jalan sendiri tanpa melibatkan PBNU)'," ujar Yahya.

Baca juga: Jokowi Bertemu Ketum PBNU di Istana Senin Malam

Yahya juga membantah klaim ada kandidat yang mendapatkan restu dari para kiai NU buat bersaing dalam Pilpres 2024.

"Kalau ada klaim bahwa kiai-kiai PBNU merestui, itu sama sekali tidak benar karena sama sekali tidak ada pembicaraan dalam PBNU mengenai calon, sama sekali tidak pernah ada pembicaraan di PBNU tentang calon-calon presiden," kata Gus Yahya.

 

Memburu suara NU

Menurut peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro, perebutan suara kalangan NU memang tidak bisa dihindari dalam setiap Pemilu.

Para kandidat akan berlomba meraih simpati dari kalangan Nahdliyin melalui pemilihan sosok bakal cawapres.

"Pendamping sebagai cawapres tentu saja haruslah figur memiliki potensi elektoral baik terutama di kantong-kantong suara besar seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata Bawono saat dihubungi pada Senin (4/9/2023).

Meraih suara NU, kata dia, diharapkan bisa menutupi kekurangan elektoral pada masing-masing kandidat.

Baca juga: PBNU Bantah Anies-Cak Imin Dapat Restu dari Kiai NU

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com