Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPK Ingatkan "Suara Rakyat Suara Tuhan", Jangan Diperjualbelikan

Kompas.com - 30/08/2023, 21:49 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Komjen (Purn) Firli Bahuri mengingatkan agar suara rakyat tidak diperjualbelikan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Firli menyebut, rakyat harus dibiarkan untuk memilih pilihannya sendiri.

Mulanya, Firli berbicara mengenai Indonesia yang sudah mulai masuk ke tahun politik. Dia mengatakan, setidaknya ada tiga unsur yang KPK sasar.

"Pertama adalah penyelenggara pemilu itu sendiri, kita berharap KPU dan Bawaslu melakukan pelaksanaan pemilihan umum itu secara langsung, umum, bebas, rahasia, dan juga akuntabel serta berintegritas," ujar Firli saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Baca juga: Ketua KPK: Eks Napi Koruptor yang Jadi Caleg Harus Beri Tahu Rakyat bahwa Pernah Dipenjara

Firli mengatakan, KPK berharap semua pihak mempedomani asas-asas pokok pertanggungjawaban keuangan.

Selain itu, penyelenggara pemilu harus paham bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan.

"Juga terkait dengan kita harus paham betul bahwa suara rakyat itu adalah suara Tuhan. Bermakna adalah kalau kita sadar bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, maka tentu kita tidak jual belikan suara itu," tutur dia. 

"Kita berikan kepada rakyat untuk melakukan dan memberikan haknya sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak ada jual beli, tidak ada tawar menawar. Karena sesungguhnya nasib bangsa ke depan ditentukan oleh keinginan rakyat dan rakyat itu adalah memegang kedaulatan tertinggi," ucap Firli.

Ia mengungkapkan, KPK akan terus memberi pendidikan kepada penyelenggara pemilu.

Baca juga: MA Sebut Hitungan Keterwakilan Caleg Perempuan oleh KPU Langgar UU Pemilu

Kemudian, unsur kedua yang disasar yakni peserta pemilu, baik partai politik maupun kader partai politik.

Firli mengatakan, KPK ingin kader partai politik maupun calon legislatif atau calon kepala daerah yang mereka usung tidak memberjualbelikan suara. 

"Kita mengenal ada istilah program kita politik cerdas politik berintegritas dan ada juga program sistem integritas partai politik. kita ingin bebaskan bahwa seluruh partai politik, seluruh kader partai politik dan calon legislatif maupun calon kepala daerah itu tidak ada yang mengeluarkan uang dalam rangka membeli suara," papar Firli.

"Karena kita ingin Indonesia betul-betul bisa bebas dari korupsi," ucap dia.

Unsur ketiga yang menjadi sasaran edukasi KPK yakni para pemilih. KPK membuat program Hajar Serangan Fajar untuk mendidik masyarakat.

Firli meminta warga melapor jika menemukan praktik politik uang.

"Ini program bisa berhasil apabila seluruh rakyat memberikan dukungan tidak menerima politik uang. Dan kalau mengetahui praktiknya, diminta melapor kepada Bawaslu atau aparat penegak hukum seperti KPK," ujar Firli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Polri Setop Sementara Kirim Surat Tilang Lewat WhatsApp, Bakal Evaluasi Lebih Dulu

Nasional
Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Selain Eko Patrio, PAN Juga Dorong Yandri Susanto Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Fahira Idris Kecam Serangan di Rafah, Sebut Israel dan Sekutu Aib Peradaban Umat Manusia

Nasional
PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

PELNI Buka Lowongan Kerja Nahkoda dan KKM Periode Mei 2024

Nasional
Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Ungkit Kasus Firli dan Lili, ICW Ingatkan Jokowi Tak Salah Pilih Pansel Capim KPK

Nasional
Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com