JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Judha Nugraha mengatakan, online scam (penipuan daring) banyak menyasar generasi muda dan berpendidikan. Beberapa korbannya merupakan lulusan strata I dan strata II.
Hal ini berbeda dengan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) konvensional, yang banyak menyasar masyarakat kelas bawah dengan pendidikan minim atau tidak berpendidikan. Biasanya, mereka dipekerjakan menjadi pekerja domestik atau pekerja rumah tangga.
"Untuk online scam spesifik, dia menyasar generasi muda, generasi Z. Berpendidikan. Yang kami catatkan (korbannya) bukan hanya lulusan S1, lulusan S2, ada yang sudah menjadi korban, dia berpendidikan namun tidak punya pekerjaan (pengangguran)," kata Judha dalam diskusi media secara daring, Jumat (21/7/2023).
Baca juga: Kemenlu Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Korban Banjir dan Tanah Longsor di Korsel
Judha menuturkan, korban TPPO online scam kebanyakan adalah mereka yang memahami digital. Sebab, mereka akan dipekerjakan untuk menipu Warga Negara Indonesia (WNI) melalui media sosial.
Ada pula korban yang telah memiliki pekerjaan di Indonesia. Namun, tertarik dengan pekerjaan mudah bergaji besar yang ditawarkan pelaku TPPO.
"Kemudian, mereka (korban) dari kelompok menengah. Kalau yang ke Timur Tengah, Malaysia (untuk jadi PRT), dari kelompok bawah. Namun kalau yang (online scam) ini, dari kelompok menengah. Mereka secara ekonomi relatif mampu," beber Judha.
Lebih lanjut Judha mengungkapkan, korban yang terjerat bujuk rayu biasanya berawal dari iklan lowongan bekerja di luar negeri bergaji tinggi, tanpa memerlukan kualifikasi khusus.
Berdasarkan salah satu iklan lowongan kerja yang disampaikan Judha, ada beberapa persyaratan yang dilampirkan. Calon korban harus menguasai sosmed, bertanggung jawab, memiliki paspor, dan menguasai bahasa Indonesia.
Baca juga: Kemenlu Ungkap Ada WNI Kasus TPPO yang Kembali Kerja di Perusahaan Online Scam Usai Dipulangkan
"Bekerja ke luar negeri namun yang ditanya bisa bahasa Indonesia dengan baik. Kalau ada yang pernah melihat dan tertarik terhadap lowongan pekerjaan seperti ini, tolong berhati-hati," jelasnya.
Adapun hingga saat ini, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) telah menangani dan memfasilitasi repatriasi 2.438 WNI yang menjadi korban.
Jumlah korban semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, jumlah negara tujuannya semakin meluas, mulai dari Kamboja, Myanmar, Filipina, Laos, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Ini Emirat Arab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.