Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Santri Modern di Ponpes Al Zaytun, 23 Tahun Lalu...

Kompas.com - 01/07/2023, 06:00 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak dulu, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun dikenal tak seperti pesantren pada umumnya.

Laporan Harian Kompas 16 Desember 2000 menyebutkan, di kompleks pesantren ini tidak ada seorang pun santri yang mengenakan sarung dan peci seperti lazimnya. Namun, hanya ada remaja berusia 11-14 tahun yang berpakaian rapi dan modern.

Para pendidiknya, ratusan sarjana terpilih yang fasih berbahasa Inggris dan Arab. Dalam mengajar sehari-hari, mereka mengenakan pakaian resmi jas, dasi, dan peci.

Baca juga: Menko PMK Sebut Al Zaytun Tak Sekadar Ponpes, tapi Seperti Komune

Pola pendidikan di ponpes yang terletak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ini pun termasuk unik dan jarang dilakukan pesantren lain. Santri yang baru lulus sekolah dasar (SD) atau berumur sekitar 11-13 tahun diterima masuk pesantren untuk mengikuti pendidikan selama enam tahun.

Setiap santri yang akan mengikuti pendidikan tidak perlu membayar uang pangkal, uang bangunan atau berbagai pungutan lainnya, tetapi cukup menyerahkan seekor sapi dewasa yang sudah berproduksi.

Jika tak mau repot membawa sapi, bisa menitipkan uang kepada pengelola pesantren seharga sapi saat itu, yakni Rp 6 juta. Selain itu, santri diminta berinfak Rp 3 juta untuk biaya administrasi, pembelian seragam, perlengkapan mandi, piring, sendok, gelas hingga buku-buku untuk santri.

Baca juga: Bareskrim Bakal Gelar Perkara Kasus Ponpes Al-Zaytun Selasa Pekan Depan

Jumlah tersebut bukan biaya yang kecil saat itu. Namun demikian, para santri hanya diminta menyumbang sekali selama mengikuti pendidikan 6 tahun di Al Zaytun.

Dengan biaya tersebut, santri tidak hanya mendapatkan fasilitas pendidikan. Tetapi juga kebutuhan sehari-hari selama enam tahun mulai dari makan hingga pembelian buku ditanggung pengelola pesantren.

Kurikulum pendidikan di pesantren dirancang sangat padat. Waktu belajar dimulai sejak pukul 03.30 dini hari, ketika santri dibangunkan untuk shalat Subuh dan dilanjutkan dengan tahfidz Al Quran hingga pukul 06.00.

Pukul 07.00 hingga pukul 12.00, santri mengikuti pendidikan formal dan sore harinya belajar mufrodat atau kosa kata dan percakapan bahasa Arab.

Lantas, selepas shalat Magrib, santri belajar tahfidz atau menghafal Al Quran yang dilanjutkan dengan belajar masing-masing di dalam kamar.

Meski belajar mandiri, santri tak bisa main-main karena setiap kamar yang dihuni 10 orang diawasi seorang ustaz atau pamong didik yang bertindak sebagai guru sekaligus orangtua santri.

Terkait pendidikan formal, materi yang diberikan tidak semata-mata pelajaran agama, tetapi lebih banyak materi umum. Pelajaran matematika dan bahasa Inggris, misalnya, sangat diprioritaskan sehingga mendapat alokasi waktu enam jam per minggu, sedangkan fisika dan biologi waktunya empat jam per minggu.

Saat itu, santri juga mendapat materi pelajaran hak asasi manusia (HAM) dan sejarah yang alokasi waktunya dua jam per minggu.

Baca juga: Mengurai Jejak Panji Gumilang dan Al Zaytun dalam Jaringan NII

Ada metode penghargaan unik yang diberikan ke santri ketika itu. Penilaian terhadap santri dilakukan setiap semester dan santri yang berprestasi diberi hadiah uang minimal Rp 1,5 juta.

Halaman:


Terkini Lainnya

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com