Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Pemerintah Tak Fasilitasi Ibadah Tarwiyah di Mina

Kompas.com - 24/06/2023, 14:05 WIB
Reni Susanti

Penulis

MEKKAH, KOMPAS.com - Meski mempersilahkan jemaah haji melakukan ibadah sunnah tarwiyah, pemerintah Indonesia tidak memfasilitasi ibadah tersebut.

Tarwiyah merupakan ibadah sunnah yang dilakukan sehari sebelum Wukuf di Arafah. Jemaah akan bermalam di Mina pada 8 Zulhijjah dan baru keluar menuju Arafah setelah terbit matahari pada 9 Zulhijjah.

Hingga 22 Juni 2023 pukul 10.00 WAS, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mencatat, sebanyak 15.186 akan melaksanakan ibadah tarwiyah.

Baca juga: KKHI Makkah: Jemaah Haji, Jangan Anggap Sepele Batuk Pilek

"Ulama sepakat ibadah tarwiyah adalah sunnah, tidak sampai wajib," ujar Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi, KH Imam Khoiri di Makkah, belum lama ini.

Karena sunnah, meninggalkan ibadah tarwiyah tidak berpengaruh pada keabsahan manasik haji.

Apalagi dalam praktiknya, jamaah yang melakukan tarwiyah di Mina sesungguhnya tidak sama persis dengan apa yang dilakukan Rasulullah.

Baca juga: Layanan Kesehatan Jemaah Haji di Mekkah Keluarkan 500 Resep per Hari, Setengahnya dari Jakarta

Dulu, Rasulullah Saw berangkat ke Mina pada 8 Zulhijjah dalam rangka mendapatkan bekal air minum untuk persiapan menuju Arafah yang kering dan gersang.

“Kalau sekarang (berangkat 8 Zulhijjah) jelas tidak mungkin. Sebab, seluruh pergerakan jamaah yang ada di Makkah sedang menuju ke Arafah. Sehingga jamaah yang ke Mina ini berangkatnya lebih awal di tanggal 7 malam atau 7 sore, kemudian tanggal 9 pagi ke Arafah,” kata Imam di Makkah, Selasa (20/6/2023).

Potensi Gagal Wukuf

Pemerintah sejak awal sudah mengingatkan jamaah haji bahwa PPIH Arab Saudi tidak memfasilitasi penyelenggaraan ibadah tarwiyah di Mina.

PPIH Arab Saudi pada 8 Dzulhijjah (26 Juni 2023) akan fokus pada mobilisasi lebih dari 200.000 jamaah dari Makkah ke Arafah.

Menurut Ketua PPIH Arab Saudi, Subhan Chalid, sebagai hak individu pemerintah tidak bisa melarang ibadah tarwiyah. Meski juga tidak menganjurkan karena ada kemaslahatan kolektif yang mesti diselamatkan.

Direktur Bina Haji dan Umrah Ditjen PHU Kementerian Agama, Arsad Hidayat, juga melihat ketidakmungkinan secara teknis pergerakan massa demikian besar dilakukan ke Mina dan Arafah dalam satu hari sekaligus.

"Mobilisasi jamaah dari pemondokan ke Arafah saja itu butuh waktu pagi sampai jam 12 malam. Kita tidak bisa membayangkan jika mobilisasi jamaah sebegitu banyak harus dilakukan di dua tempat, ke Mina dulu lalu ke Arafah,” tuturnya.

Mobilisasi jamaah yang dilakukan pada 26 Juni melibatkan 21 bus yang bergerak dalam tiga trip.

Sekali trip, jamaah yang terangkut kurang lebih 63.000. Artinya, baru ada sekitar 189.000 jamaah yang terangkut bus dalam tiga trip. Ini di luar jamaah haji dan petugas.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com