MAHKAMAH Konstitusi (MK) memutuskan bahwa sistem Pemilu 2024 tetap dilaksanakan secara proporsional terbuka atau coblos caleg (calon legislatif). Keputusan ini tetap dan mengikat.
Apa yang jadi keputusan MK berbeda jauh dengan muntahan spekulasi politik sebelumnya –di mana spekulasi politik ini pada mulanya dihembuskan oleh seorang pakar tata negara, kemudian dikunyah-kunyah para politisi dan dimuntahkan ke publik.
Namun politik memang bukanlah dunia yang tunggal. Ia adalah dunia yang selalu berderu, bergemuruh, dan bergerak.
Dunia semacam ini justru digambarkan Mao Zedong (1893-1976) mendebarkan hati. Mao bilang, “Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah."
Mungkin Mao tidak sepenuhnya benar, namun ketika membaca sejarah awal politik manusia dimulai sejak zaman kuno, lalu zaman Mesopotamia, Mesir Kuno, Yunani Kuno, maupun Romawi Kuno: nyatalah politik itu adalah dunia yang penuh darah.
Namun dunia yang mengerikan itu demikian lucu diilustrasikan oleh Will Rogers (1879-1935). Aktor dan humoris dari Amerika Serikat ini bilang, "Politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang."
Politik adalah uang, ini lucu. Karena pada mulanya politik bukanlah “alat”, melaikan “siasat.”
Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menggunakan sistem proporsional terbuka atau coblos caleg (calon legislatif), maka dalam sistem ini caleg “diharuskan” secara terbuka memperkenalkan diri agar publik tahu.
Inilah mengapa sosok-sosok yang dikenal publik –terutama sekali dari kalangan dunia hiburan—lebih mudah mendulang suara dengan modal dikenal publik.
Bagi partai politik, sosok-sosok ini menguntung. Apakah kemudian otak sosok-sosok ini demikian melempem, atau mulutnya bungkem, tidaklah jadi soal. Terpenting adalah perolehan suara meningkat secara signifikan.
Hitungan demikian menjadi pandangan umum yang acapkali mendasari perekrutan caleg. Dari sisi positif hal ini, partai maupun caleg tidak keluar duit banyak.
Sebab apa mau dikata, mengiklankan diri sebagai caleg betapa butuh banyak uang. Dan mahal. Maka "politik itu mahal,” –yang dulu dikatakan Will Rogers— menemui bentuknya yang lucu.
Lucu, karena terkuak bahwa ekspresi politik masa kini adalah politik banyak mengeluarkan uang yang mengacu pada praktik pengeluaran besar sumber daya finansial.
Dalam hitungan gampangnya, hal itu terjadi untuk biaya kampanye politik, atau upaya untuk memperoleh kekuasan politik dengan keterpilihan, atau untuk mempertahankan kekuasaan politik itu sendiri.
Maka caleg dalam kampanye politik, pasti mengeluarkan uang banyak. Duit ini untuk biaya iklan televisi, iklan media online, media cetak, pembuatan materi kampanye, pertemuan publik, membuat dan menghadiri acara kampanye dalam upaya memengaruhi pemilih.