GELOMBANG tsunami (baca: resesi) semakin dekat menghampiri wilayah negara Indonesia. Gelombang itu telah menyapu negara-negara lainnya.
Di Indonesia, para pejabat negara dari detik ke detik terus memantau pergerakan kedatangan gelombang besar tsunami tersebut.
Bendahara Negara Sri Mulyani semakin gusar tampil di publik menjelaskan ke masyarakat untuk bersiap menghadapi resesi.
Wabah pandemi Covid-19 yang belum berakhir dan ditambah perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan goncangan ekonomi dunia. Diperkirakan inflasi global 2022 mencapai 9,2 persen.
Pangan, energi, dan keuangan global ambruk sehingga menimbulkan krisis global. Berdasarkan laporan lembaga internasional, setidaknya ada 66 negara akan ambruk dan 345 juta orang di 82 negara kelaparan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melaporkan sebanyak 310 juta orang di seluruh benua mengalami kelaparan pada akhir dekade ini.
Somalia, yang sudah lama dilanda perang, adalah negara paling parah terkena dampaknya, bersama dengan negara tetangga Ethiopia dan Kenya. Hampir 19 juta penduduk Afghanistan menghadapi tingkat kerawanan pangan akut.
Data dari Presiden Joko Widodo menyebut sebanyak 19.700 orang di dunia meninggal setiap hari karena kelaparan.
Resesi global ini tidak pandang bulu. Tidak saja menerpa negara miskin dan berkembang, bahkan negara berekonomi kuat tak luput dihantam tsunami resesi.
Tercatat pada kuartal II - 2022, ekonomi AS terkontraksi 0,6 persen dan pada kuartal I - 2022 mengalami minus 1,6 persen.
Beberapa negara-negara di Eropa terkonfirmasi mengalami defisit perdagangan pada Mei 2022. Di Jerman secara musiman mengalami defisit 1 miliar euro, berlawanan dengan ekspektasi surplus. Inggris tercatat inflasi pada Juli 2022 di angka 10,1 persen.
Perekonomian China hanya tumbuh 2,8 persen pada 2022 dari perkiraan sebelumnya di angka 5,0 persen.
Korea Selatan pada kuartal III/2022 mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi karena pelemahan ekspor dan mata uang won. Begitu juga, perekonomian Jepang nyungsep minus 1,2 persen pada kuartal III 2022.
Negara-negara ASEAN pertumbuhan ekonomi diproyeksikan pada 2022 dapat tumbuh 4,3 persen. Namun, perkembangan kondisi global saat ini membuat proyeksi itu turun menjadi 3,7 persen.
Atas kondisi ketidakpastian ekonomi global tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan Indonesia untuk berhati-hati. Setiap pembuat kebijakan harus selalu berdampingan sehingga semua policy betul-betul bermanfaat bagi rakyat dan negara. Terutama sinergi fiskal dan moneter terus diperkuat.
Menurut Presiden Jokowi, untuk menghadapi resesi, perlu memperkuat ekspor, investasi, dan mengeliatkan ekonomi konsumsi rumah tangga. Namun hal itu diakui Presiden Jokowi sesuatu yang tidak mudah.
Ekspor akan mengalami penurunan pada 2023 karena disebabkan dampak situasi ekonomi menurun di sejumlah mitra dagang Indonesia, seperti Tiongkok dan Uni Eropa.
Investasi 2023 sebesar Rp 1.400 triliun menjadi sulit dicapai karena menjadi rebutan semua negara. Sedangkan, barang konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan harga dan melemahnya daya beli masyarakat.
Begitu mengerikan ancaman resesi ekonomi akan melanda dunia, apakah Indonesia masih bisa diselamatkan dari krisis tersebut? Solusi itu ada dan sangat terbuka buat Indonesia.
Bonus demografi dimiliki Indonesia yang berlaku sampai 2045, adalah salah-satu solusi yang bisa dihandalkan Indonesia.
Berbagai teori menyatakan bahwa suatu negara memiliki jumlah populasi penduduk yang banyak adalah sumber kekayaan suatu negara.
Teori ini sudah terbukti di beberapa negara dengan jumlah penduduk melimpah, ekonominya tetap bergerak. Bahkan masih bisa tumbuh meski di tengah resesi global.
Tiongkok, India, dan Amerika Serikat adalah negara yang berpopulasi banyak menjadi negara berekonomi tangguh dan terus menggeliat.