Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aznil Tan
Direktur Eksekutif Migrant Watch

Direktur Eksekutif Migrant Watch

Pekerja Migran Indonesia Solusi Resesi

Kompas.com - 07/12/2022, 09:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GELOMBANG tsunami (baca: resesi) semakin dekat menghampiri wilayah negara Indonesia. Gelombang itu telah menyapu negara-negara lainnya.

Di Indonesia, para pejabat negara dari detik ke detik terus memantau pergerakan kedatangan gelombang besar tsunami tersebut.

Bendahara Negara Sri Mulyani semakin gusar tampil di publik menjelaskan ke masyarakat untuk bersiap menghadapi resesi.

Wabah pandemi Covid-19 yang belum berakhir dan ditambah perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan goncangan ekonomi dunia. Diperkirakan inflasi global 2022 mencapai 9,2 persen.

Pangan, energi, dan keuangan global ambruk sehingga menimbulkan krisis global. Berdasarkan laporan lembaga internasional, setidaknya ada 66 negara akan ambruk dan 345 juta orang di 82 negara kelaparan.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) melaporkan sebanyak 310 juta orang di seluruh benua mengalami kelaparan pada akhir dekade ini.

Somalia, yang sudah lama dilanda perang, adalah negara paling parah terkena dampaknya, bersama dengan negara tetangga Ethiopia dan Kenya. Hampir 19 juta penduduk Afghanistan menghadapi tingkat kerawanan pangan akut.

Data dari Presiden Joko Widodo menyebut sebanyak 19.700 orang di dunia meninggal setiap hari karena kelaparan.

Resesi global ini tidak pandang bulu. Tidak saja menerpa negara miskin dan berkembang, bahkan negara berekonomi kuat tak luput dihantam tsunami resesi.

Tercatat pada kuartal II - 2022, ekonomi AS terkontraksi 0,6 persen dan pada kuartal I - 2022 mengalami minus 1,6 persen.

Beberapa negara-negara di Eropa terkonfirmasi mengalami defisit perdagangan pada Mei 2022. Di Jerman secara musiman mengalami defisit 1 miliar euro, berlawanan dengan ekspektasi surplus. Inggris tercatat inflasi pada Juli 2022 di angka 10,1 persen.

Perekonomian China hanya tumbuh 2,8 persen pada 2022 dari perkiraan sebelumnya di angka 5,0 persen.

Korea Selatan pada kuartal III/2022 mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi karena pelemahan ekspor dan mata uang won. Begitu juga, perekonomian Jepang nyungsep minus 1,2 persen pada kuartal III 2022.

Negara-negara ASEAN pertumbuhan ekonomi diproyeksikan pada 2022 dapat tumbuh 4,3 persen. Namun, perkembangan kondisi global saat ini membuat proyeksi itu turun menjadi 3,7 persen.

Atas kondisi ketidakpastian ekonomi global tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan Indonesia untuk berhati-hati. Setiap pembuat kebijakan harus selalu berdampingan sehingga semua policy betul-betul bermanfaat bagi rakyat dan negara. Terutama sinergi fiskal dan moneter terus diperkuat.

Menurut Presiden Jokowi, untuk menghadapi resesi, perlu memperkuat ekspor, investasi, dan mengeliatkan ekonomi konsumsi rumah tangga. Namun hal itu diakui Presiden Jokowi sesuatu yang tidak mudah.

Ekspor akan mengalami penurunan pada 2023 karena disebabkan dampak situasi ekonomi menurun di sejumlah mitra dagang Indonesia, seperti Tiongkok dan Uni Eropa.

Investasi 2023 sebesar Rp 1.400 triliun menjadi sulit dicapai karena menjadi rebutan semua negara. Sedangkan, barang konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan harga dan melemahnya daya beli masyarakat.

Kekuatan bonus demografi

Begitu mengerikan ancaman resesi ekonomi akan melanda dunia, apakah Indonesia masih bisa diselamatkan dari krisis tersebut? Solusi itu ada dan sangat terbuka buat Indonesia.

Bonus demografi dimiliki Indonesia yang berlaku sampai 2045, adalah salah-satu solusi yang bisa dihandalkan Indonesia.

Berbagai teori menyatakan bahwa suatu negara memiliki jumlah populasi penduduk yang banyak adalah sumber kekayaan suatu negara.

Teori ini sudah terbukti di beberapa negara dengan jumlah penduduk melimpah, ekonominya tetap bergerak. Bahkan masih bisa tumbuh meski di tengah resesi global.

Tiongkok, India, dan Amerika Serikat adalah negara yang berpopulasi banyak menjadi negara berekonomi tangguh dan terus menggeliat.

Negara-negara kaya berpenduduk sedikit sangat mudah goncang, karena produktifitas masyarakatnya tidak beragam dan hanya mengandalkan satu sektor.

Seperti Jepang, Australia, Inggris, Korea Selatan dan berbagai negara lainnya sangat berpotensi mengalami resesi global akibat krisis populasi.

Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak nomor 4 di dunia. Berdasarkan rilis Kementerian Dalam Negeri, data terbaru jumlah penduduk Indonesia tercatat tahun 2022 sebanyak 275.361.267 jiwa.

Piramida penduduk Indonesia saat ini didominasi penduduk kategori produktif (usia 15-64 tahun) sebanyak 190.827.224 jiwa atau 69,30 persen.

Untuk penduduk kategori usia muda (0-14 tahun) mengisi sebanyak 67.155.629 jiwa atau 24,39 persen. Sisanya kategori penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak 17.374.414 jiwa atau 6,31 persen.

Artinya, Indonesia selain memiliki populasi banyak di dunia juga memiliki bonus demografi. Yaitu, jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan penduduk non produktif (usia muda dan usia tua).

Hal tersebut merupakan berkah. Indonesia bisa selamat dari resesi global jika dikelola dengan benar.

Kuncinya adalah membentuk sumber daya manusia melimpah menjadi produktif. Yaitu bagaimana pemerintah membangun sistem pengelolaan sumber daya manusia agar memiliki penghasilan dan perputaran uang terus bergulir di tengah masyarakat serta mendatangkan devisa buat negara.

Namun akan terjadi sebaliknya bila salah kelola. Kelompok pengangguran membahayakan sosial dan negara. Resesi global akan memporak-porandakan Indonesia.

Peluang Ketenagakerjaaan Migran

Salah satu bentuk resesi adalah terjadinya PHK secara besar-besaran dan cadangan devisa menurun drastis. Ini merupakan momok menakutkan bagi pemerintah.

Angka pengangguran akan naik tajam menjadi beban sosial dan negara. Devisa yang kurang akan berdampak krisis moneter.

Di sinilah diberdayakan kekuatan penduduk Indonesia yang melimpah dan produktif untuk merebut bursa kerja migran dunia yang sekarang mengalami krisis ketenagakerjaaan. Peluang ini membuka harapan besar buat Indonesia sebagai solusi selamat dari resesi.

Perlu diketahui, beberapa negara mengalami 'kiamat' tenaga kerja. Mulai dari tetangga Malaysia, Singapura, Australia, Taiwan, Timur Tengah, Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang hingga Inggris mengalami kekurangan ketenagakerjaan.

Berdasarkan riset dari perusahaan konsultan global, Korn Ferry, hingga 2030 diperkirakan ada 85 juta tenaga kerja dibutuhkan dunia.

Hasil riset Randstad pada Mei 2022, merilis bahwa Amerika Serikat tersedia 11 juta lowongan pekerjaan di sektor manufaktur, logistik dan kesehatan.

Sedangkan di Eropa 1,2 juta dan Australia tersedia 400.000 lowongan lapangan pekerjaan yang membutuhkan sumber daya manusia.

Malaysia merilis membutuhkan tenaga kerja 1,2 juta pekerja. Di sektor konstruksi sebanyak 500.000 tenaga kerja, perkebunan sawit butuh 120.000 pekerja, sementara sektor elektronik membutuhkan 30.000 pekerja, dan tenaga medis sebanyak 120.000 pekerja. Belum lagi sektor domestik butuh ratusan ribu orang.

'Kiamat' tenaga kerja di Jepang sangat rentan terjadi. Nomura Research Institute memperkirakan kekurangan tenaga kerja sebanyak 10,47 juta pekerja. Sektor yang paling kekurangan adalah hotel, restoran, dan manufaktur.

Di Taiwan mengalami kekurangan tenaga kerja sebanyak 118.000 pekerja untuk sektor konstruksi dan setidak-tidaknya sekitar 700.000 pekerja dibutuhkan untuk mengisi sektor informal (domestik). Hal ini juga mirip dialami Hongkong dan Singapura.

Melihat besarnya permintaan tenaga kerja di dunia, hal ini sebuah keironisan. Apalagi masyarakat Indonesia masih banyak tidak dapat pekerjaan.

Angka pengangguran sebesar 8,42 juta orang yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) periode Agustus 2022.

Pemerintah seharusnya lincah membuka lapangan kerja buat rakyat, baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Apalagi tuntutan kelincah pemerintah menjadi hal urgen di saat resesi dunia akan melanda Indonesia. Pemerintah tidak bisa bekerja secara normatif lagi mendongkrak dunia pekerja migran.

Dunia tenaga kerja migran bukan hal baru bagi masyarakat. Indonesia dikenal di dunia sebagai sumber tenaga kerja migran. Ekosistem ini sudah terbentuk sejak zaman Belanda.

Ada sebanyak 9 juta Pekerja Migran Indonesia (PMI) menyebar di seluruh dunia mengisi berbagai posisi jabatan pekerjaan, baik di perusahaan maupun pengguna perseorangan.

Beruntungya, tenaga kerja migran dari Indonesia sangat diminati dunia. Selain memiliki keterampilan handal, mereka juga rajin serta perilaku yang tidak banyak menuntut.

Pekerja Migran Indonesia juga dikenal bisa mengisi posisi pekerjaan domestik, operator lapangan dan berbagai kerja kasar lainnya yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Kekuatan Pekerja Migran Indonesia ini mesti disadari oleh pemerintah dan tidak tampil malu-malu kucing. Dunia ketenagakerjaan migran merupakan sebuah hukum pasar yang saling menguntungkan.

PMI menjadi kekuatan ekonomi Indonesia, terbukti pada krisis moneter 1998. Pekerja migran Indonesia ikut menghidupkan ekonomi masyarakat yang terpuruk dan menjadi pahlawan devisa.

Diperkirakan Rp 400 triliun devisa masuk ke Indonesia setiap tahunnya, meski data dari World Bank tercatat hanya Rp 159,6 triliun karena banyaknya PMI ilegal.

Dunia penempatan PMI sejak awal 2020 mengalami kemerosotan. Berdasarkan rilis BP2MI pada tahun 2019, jumlah PMI yang bekerja di luar negeri mencapai 277.489 PMI.

Saat terjadi pandemi Covid 19 tahun 2020, jumlah penempatan PMI turun menjadi 113.419 pekerja. Begitu juga tahun 2021 hanya 59.050 pekerja.

Perlu diketahui rata-rata penempatan PMI berkisar 350.000 orang per tahun. Sementara potensi pasar kerja dunia bisa ditargetkan 1 juta PMI per tahun, bahkan bisa lebih.

Penurunan angka penempatan ini sangat disayangkan. Ini menunjukkan kualitas pejabat pemerintah yang menangani urusan ketenagakerjaan migran tidak piawai menghadapi kondisi dunia diterpa badai pandemi Covid-19 dan langkah-langkah pemulihan ekonomi nasional.

Tragisnya, kondisi dunia penempatan Pekerja Migran Indonesia yang terjadi sekarang seperti orang kekurangan darah. Kebijakan pemerintah yang tidak akomodatif terhadap pasar kerja dunia serta mindset penempatan yang terlalu berorientasi kasuistik daripada tujuan sesungguhnya, sehingga menciptakan dunia penempatan tidak bergairah.

Pejabat pemerintah terkesan sibuk bekerja menyelesaikan kasus-kasus yang menimpa PMI, namun tidak sibuk mengurus penempatan agar bergerak lebih menyerap lapangan pekerjaan buat rakyat.

Narasi 'pelindungan PMI' menyebabkan mindset keliru terjadinya kelesuan dunia penempatan. Tahapan-tahapan proses penempatan menjadi panjang dan tidak praktis serta terjadi pembengkakan biaya.

Banyak lowongan pekerjaan di dunia yang sangat potensial bagi PMI, namun hilang direbut oleh negara lain seperti Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Bangladesh. Negara tidak hadir memfasilitasinya.

Konyolnya lagi, moratorium (penutupan) dijadikan solusi dalam pelindungan PMI. Seperti moratorium sektor domestik ke 19 Negara Timur-Tengah sejak 2011 mengakibatkan terbunuhnya peluang rakyat kecil mendapatkan pekerjaan. Moratorium tersebut bukan menyelesaikan masalah, malah memperburuk permasalahan.

Orientasi pelindungan menjadikan pelaku pejabat pemerintah berperilaku safety player. Perebutan peluang kerja dunia tidak menjadi tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam membuka kesempatan masyarakat mendapatkan pekerjaan.

Sesungguhnya substansi pelindungan diamanatkan UU No. 18 Tahun 2017 itu adalah melaksanakan proses penempatan berjalan dengan baik, lancar, aman dan terdata.

Bahwa adanya penempatan PMI, maka negara hadir untuk melindunginya. Bukan karena pelindungan lalu mengkebiri penempatan.

Mindset sesat dan cara kerja normatif tersebut itulah menjadi kendala besar yang harus diluruskan.

Presiden Jokowi harus turun tangan meluruskan kembali mindset dan melecut kinerja pembantunya agar tidak salah kaprah dan berorientasi produktifitas tinggi merebut bursa kerja dunia.

Presiden Jokowi perlu menetapkan PMI sebagai solusi mengatasi resesi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Kontras Desak Jokowi dan Komnas HAM Dorong Kejagung Selesaikan Pelanggaran HAM Berat Secara Yudisial

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com