JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus gangguan ginjal akut misterius yang terjadi pada anak-anak menjadi sorotan.
Data terbaru Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, hingga Selasa (18/10/2022), terdapat 206 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI) yang tersebar di 20 provinsi di Tanah Air.
Kondisi ini telah membuat pemerintah angkat bicara. Untuk mencegah melonjaknya kasus, para orang tua diimbau mengikuti anjuran Kementerian Kesehatan.
Baca juga: Instruksi Lengkap Kemenkes dan IDAI soal Gangguan Ginjal Akut Misterius
Berikut fakta-fakta tentang gangguan ginjal akut misterius yang perlu diketahui.
Kemenkes mencatat, dari 206 kasus gangguan ginjal akut, 99 atau 48 persen di antaranya meninggal dunia. Mayoritas pasien dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Sementara, Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) mencatat, hingga Selasa (18/10/2022), terdapat 192 kasus gangguan ginjal akut misterius. Ini merupakan angka kumulatif terhitung sejak Januari 2022.
Rinciannya, 2 kasus pada Januari, 2 kasus pada bulan Maret, 6 kasus pada Mei, 3 kasus pada Juni, 9 kasus pada Juli, 37 kasus pada bulan Agustus, dan 81 kasus pada September.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan kasus gangguan ginjal akut misterius terbanyak. Terbaru, angkanya mencapai 50 kasus.
Baca juga: Kemenkes Temukan Jejak Senyawa pada Obat yang Dikonsumsi Pasien Gangguan Ginjal
Setelah DKI, di Jawa Barat ditemukan 24 kasus, Jawa Timur 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, dan Bali 17 kasus. Sedangkan provinsi lainnya berkisar antara 1-2 kasus.
"Jadi totalnya 192 (kasus). Tapi ini datanya dari anggota, jadi bukan real time yang bisa kita ikuti secara saksama," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso dalam konferensi pers daring, Selasa (18/10/2022).
Gejala klinis yang ditemukan (prodromal) pada pasien gangguan ginjal akut misterius umumnya meliputi infeksi saluran cerna, demam, ISPA, batuk pilek, dan muntah.
Lalu, tidak bisa buang air kecil atau air seni mengering (anuria), dan kurangnya kadar air seni (oliguria).
IDAI bersama Kemenkes saat ini masih mencari penyebab pasti dari penyakit ini. Namun, ada beberapa hal yang diduga menjadi pemicu, seperti infeksi virus lain, keracunan (intoksikasi) etilen glikol, hingga Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem usai Covid-19.
"Kalau MIS-C yang seperti biasa, kita pengalaman obat-obatannya. Tapi ada juga pasien yang enggak membaik (setelah pengobatan). Ada juga kecurigaan obat-obatan yang mengandung etilen glikol, ini sedang kita periksa," jelas Piprim.
Kendati demikian, IDAI memastikan bahwa penderita gangguan ginjal akut misterius bisa sembuh total.