Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenangan Jenderal Soekanto dan Falsafah "Sugih Tanpo Bondo"

Kompas.com - 13/05/2022, 07:09 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - "Tanpa Pak Kanto, polisi sudah berantakan."

Pernyataan itu disampaikan mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Iman Santoso saat menghadiri upacara pemakaman Kapolri pertama, Jenderal Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada 25 Agustus 1993.

Kenangan terhadap sosok Soekanto semasa hidup sangat melekat di benak Hoegeng. Dia dikenal jujur dan sederhana.

Dua hal itu juga yang menginspirasi Hoegeng dalam perjalanan kariernya sebagai polisi yang akhirnya juga pernah menjadi Kapolri.

"Pak Kanto orang yang patut dicontoh. Dia meletakkan jiwa kepolisian, polisi harus jujur dan mengabdi masyarakat," kata Hoegeng.

Kedua mantan Kapolri itu kini sudah berpulang.

Baca juga: Raden Said Soekanto, Kapolri Pertama yang Sukses Meletakkan Dasar-dasar Kepolisian

Di sela-sela menghadiri pemakaman, Hoegeng mengingat kembali awal perjumpaan dengan Soekanto ketika menjadi siswa sekolah polisi pada masa penjajahan Jepang antara 1942 sampai 1943.

"Di zaman Jepang, Pak Kanto yang jadi instruktur sudah mendidik kami dengan jiwa keindonesiaan. Saya ingat, Pak Kanto pernah marah pada saya. Tanpa kemarahan Pak Kanto, saya tidak begini ini," tutur Hoegeng.

Dalam laporan surat kabar Kompas, Mayjen Pol (Purn) Mohammad Jassin, mantan Deputi Soekanto dan mantan Panglima Mobil Brigade Indonesia (1952-1959), mengenang Soekanto sebagai seorang yang disiplin.

"Soekanto seorang pejuang besar dan berdisiplin tinggi. Ia selalu berucap, tanpa disiplin, aparat akan rusak," kata Mohammad Jassin.

Mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Awaloedin Djamin yang pernah menjadi Sekretaris Soekanto (1955-1959) juga mempunyai kenangan baik terhadap sosok mantan atasannya itu.

Baca juga: Profil Raden Said Soekanto, Kapolri Pertama yang Dapat Gelar Pahlawan Nasional

"Soekanto orang paling sederhana. Lihatlah, ketika meninggal, ia tidak punya apa-apa. Padahal, ia berkuasa sebagai Kepala Kepolisian Negara selama 15 tahun. Dia tak ada duanya. Disegani dan memiliki karisma yang besar terhadap semua jajaran Polri. Soekanto pantas disebut sebagai Bapak Kepolisian Indonesia," kata Awaloedin.

Mantan Deops Kapolri Mayjen Pol Koesparmono Irsan mengatakan, dia mengenal integritas Soekanto dari cerita sang ayah.

"Dari cerita ayah, Pak Kanto orangnya lurus, selalu berpegang pada aturan-aturan yang ada, tidak ingin menyimpang sedikit juga. Kesetiaan kepada bangsa dan negara tak diragukan. Beliau tak suka bermewah-mewah, kejiwaannya dalam sekali," kata Koesparmono.

Dalam wawancara dengan Kompas pada 25 Oktober 1981, Soekanto memilih hidup sederhana ketika pensiun sejak 1 Desember 1960. Dia lantas menghabiskan waktu di rumah, sambil berkegiatan di Yayasan Olahraga Hidup Baru (Orhiba).

Baca juga: Mengenal Kapolri Pertama Indonesia, Raden Said Soekanto...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com