Melalui yayasan itu, Soekanto menggiatkan olahraga di tengah masyarakat yang dipadukan dengan mempelajari falsafah hidup.
Soekanto memang seorang pengikut kebatinan yang juga seorang muslim. Menurut falsafah hidup yang dia anut, yakni sugih tanpo bondo (kaya tanpa kebendaan), kesederhanaan adalah nilai luhur yang paling utama.
Soekanto pun mengakui, dia hidup hanya dari uang pensiun di hari tuanya. Menurut dia, hidup sederhana sudah lebih dari cukup dan hal itu tidak membuatnya risau.
"Sekarang ini banyak orang yang ragu dan takut akan hidupnya. Ada yang mengatakan ini akibat hukum materialisme yang telah begitu cepat menguasai manusia Indonesia. Ada yang mengatakan karena lunturnya cita-cita perjuangan. Sebagai manusia, memang kita dikuasai oleh nafsu kebendaan. Ini memang tidak bisa dihindari. Meskipun demikian, kita juga harus berjuang keras untuk menghindarkannya. Sehingga, hidup ini ada keserasian dan tidak melulu hanya kebendaan saja," kata Soekanto.
Soekanto wafat pada 24 Agustus 1993 dalam usia 85 tahun.
Soekanto yang diberi penghargaan Bintang Mahaputra Adiprana kelas II sebenarnya berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan. Namun, sebelum ajal menjemput, Soekanto berwasiat ingin dimakamkan satu liang dengan sang istri, Hadidjah Lena Mokoginta, di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Sang istri lebih dulu berpulang pada 1 Maret 1986.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.