JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai kekhawatiran muncul pasca-perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah.
Pasalnya, mobilitas penduduk jelang Lebaran meningkat tajam. Lebih dari 1 juta penduduk mudik ke kampung halaman meski pemerintah telah melarang.
Dalam periode yang sama, masyarakat beramai-ramai mengunjungi pusat perbelanjaan dan tempat wisata hingga menciptakan kerumunan.
Tak pelak, rentetan peristiwa ini menimbulkan kegelisahan Presiden Joko Widodo. Ia khawatir lonjakan mobilitas masyarakat berimbas pada meningkatnya kasus Covid-19.
Baca juga: Jokowi: 10 Provinsi Pertumbuhan Ekonominya Positif, 24 Lainnya Negatif Semua
Terlebih, beberapa waktu belakangan sejumlah daerah dilaporkan mengalami peningkatan kasus aktif Covid-19.
Hal ini membuat Jokowi mewanti-wanti jajarannya untuk melakukan langkah antisipasi.
Jumlah pemudik tinggi
Jokowi menyebut bahwa jumlah masyarakat yang nekat mudik di Lebaran tahun ini masih sangat besar.
Ia mengatakan, 1,1 persen penduduk Indonesia pulang ke kampung halaman selama masa larangan mudik, pada 6 hingga 17 Mei 2021.
"Memang 1,1 (persen) kelihatannya kecil sekali, tetapi kalau dijumlah ternyata masih gede sekali, 1,4 sekian, 1,5 juta orang yang masih mudik," kata Jokowi saat memberikan arahan kepada kepala daerah se-Indonesia yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (18/5/2021).
Baca juga: Jokowi: Penularan Covid-19 Harus Ditekan, Jangan Hanya Lihat Sisi Ekonomi
Sebelum pemerintah menyatakan peniadaan mudik, ada 33 persen masyarakat yang ingin pulang kampung. Setelah adanya larangan, angka itu turun menjadi 11 persen.
Setelah kebijakan larangan mudik disosialisasikan, persentase masyarakat yang ingin pulang kampung turun lagi menjadi 7 persen.
Kemudian, saat periode larangan mudik berlangsung, jumlah warga yang nekat mudik turun menjadi 1,5 juta. Menurut Jokowi, angka ini turun karena adanya berbagai penyekatan.
Lonjakan masyarkat di tempat wisata
Bersamaan dengan itu, mobilitas masyarakat di tempat wisata tercatat melonjak sangat tinggi.