JAKARTA, KOMPAS.com - Pembina Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (NU) Syahrizal Syarif menilai, Indonesia belum dapat dikatakan berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 hingga 16 Desember 2020.
Berdasarkan pengamatannya di 6 negara berpenduduk terbesar di dunia, baru China yang berhasil mengendalikan pandemi.
"Hanya China yang praktis wabahnya terkendali. Adapun lima negara lainnya termasuk Indonesia, masuk dalam situasi wabah yang fluktuatif," kata Syahrizal dalam Webinar Forum Kesehatan Nusantara bertajuk "Vaksin Covid-19 dan Prioritas Vaksinasinya" Jumat (18/12/2020).
Baca juga: NU: Hanya 7 dari 100 Negara Teratas Dunia yang Berhasil Kendalikan Pandemi
Ia berpendapat, enam negara tersebut juga merupakan negara-negara yang menaruh harapan besar pada vaksin Covid-19.
Menyoal Indonesia, Syahrizal menilai, dari pemeriksaan spesimen per 1 juta penduduk, baru bisa mencapai 23.000 spesimen.
"Bahkan kita masih di bawah Pakistan yaitu 27.000," ujar dia.
Menurut dia, apabila Indonesia menggunakan kapasitas uji spesimen setara India dan Brazil masing-masing 113.000 dan 120.000, kemungkinan saat ini kasus di Tanah Air sudah mencapai 3 juta kasus.
Namun, dia mengatakan bahwa Indonesia memiliki keterbatasan di dalam pemeriksaan uji spesimen.
Syahrizal menyayangkan adanya sikap pemerintah yang ingin menghemat tes spesimen.
Padahal, berdasarkan pengamatannya, Indonesia menjadi yang paling rendah uji spesimennya dari 6 negara berpenduduk terbesar di dunia,
"Saya kira tidak pas saat ini, di mana ketika saat kita berada dalam situasi pemeriksaan spesimen masih rendah. Apalagi kalau kita tahu positivity rate-nya dari spesimen yang diperiksa berapa yang positif, itu juga positivity rate-nya masih sangat tinggi di atas 15 persen, bahkan dilaporkan 18 persen," papar dia.
Baca juga: Pandemi Belum Berakhir, Bagaimana Perekonomian Indonesia pada 2021?
Jika diurutkan dari enam negara penduduk terbesar di dunia per 16 Desember 2020, China terdaftar telah melakukan uji spesimen per satu juta penduduk sebanyak 111.000, India 113.000, Amerika Serikat 677.000, Indonesia 23.000, Pakistan 27.000, dan Brazil 120.000.
Sebelumnya, Ketua Satuan Tigas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo meminta dinas kesehatan masing-masing provinsi, kabupaten, dan kota menghemat pengadaan tes usap (swab PCR).
Ia mengatakan, pengadaan tes usap semestinya mengacu pada ketentuan Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 1.000 orang per 1 juta penduduk dalam 1 pekan.
Rencana tersebut ia utarakan karena di lapangan ditemukan provinsi yang dalam sepekan jumlah tes usapnya melebihi ketentuan WHO.
Baca juga: Tes Usap Covid-19 Diminta Dihemat, Satgas: Bisa Diprioritaskan untuk Kontak Erat
Menurut dia, semestinya pengadaan tes usap yang terpenting memenuhi standar WHO dan sisanya dihemat untuk mengantisipasi wabah Covid-19 yang belum diketahui kapan akan selesai.
“Mungkin sekitar 7.000-10.000 per pekan (di tiap provinsi), tetapi kenyataannya DKI hari ini sudah mencapai 90 (90.000) pemeriksaan. Ini tolong harus ada asas penghematan. Jangan dihamburkan pemeriksaan yang tidak sesuai dengan target yang ada,” kata Doni dalam rapat koordinasi penanganan Covid-9 secara virtual, minggu (13/12/2020) malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.