JAKARTA, KOMPAS.com - Survei lembaga penelitian Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyatakan, partisipasi masyarakat pada Pilkada 2020 terbilang tinggi meski diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19.
Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad memaparkan, berdasarkan survei, tingkat partisipasi masyarakat mencapai 76 persen.
Hanya 24 persen masyarakat yang tidak memilih pada Pilkada 2020.
"Secara umum hasil survei ini bahwa Pilkada 9 Desember 2020 menarik partisipasi yang tinggi, yaitu sekitar 76 persen meski dibayangi oleh pandemi," kata Saidiman dalam konferensi pers "Evaluasi Publik Nasional terhadap Pelaksanaan Pilkada Serentak", Kamis (17/12/2020).
Baca juga: 9 Kabupaten di Kalbar Masuk Zona Oranye Covid-19, 4 di Antaranya Penyelenggara Pilkada
Survei dilakukan pada 9-12 Desember 2020 dengan jumlah sampel sebanyak 1.200 responden yang dipilih secara acak dari sampel acak survei tatap muka yang dilakukan SMRC sebelumnya.
Responden diwawancarai melalui telepon. Tingkat kepercayaan survei 95 persen dengan margin of error 2,9 persen.
Saidiman menjelaskan, mereka yang tidak memilih pada Pilkada 2020, di antaranya karena alasan berada di luar kota (47 persen), takut tertular atau menularkan Covid-19 (24 persen), tidak ada calon yang meyakinkan (4 persen), dan sakit (3 persen). Ada pula yang menganggap pilkada tidak penting (2 persen).
"Yang takut virus corona maka tidak memilih sekitar 6 persen dari populasi pemilih di daerah pilkada. Relatif lebih sedikit dari perkiraan. Lebih banyak yang tidak memilih karena tidak ada di tempat," ucapnya.
Baca juga: Quick Count LSI Denny JA di Pilkada Tasikmalaya Meleset, Akademisi: LSI Harus Jelaskan ke Publik
Secara umum, responden yang sangat khawatir tentang penularan Covid-19 sebesar 13 persen dan cukup khawatir sebesar 59 persen. Sisanya kurang khawatir (12 persen) dan tidak khawatir sama sekali (14 persen).
Namun, berdasarkan temuan survei SMRC, tingginya tingkat partisipasi masyarakat disebabkan kepercayaan publik terhadap pelaksanaan protokol kesehatan Covid-19.
Disebutkan, petugas di TPS memakai masker (95 persen), memberikan sarung tangan kepada pemilih (94 persen), dan menyediakan tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun dan air mengalir (95 persen).
Para pemilih saat hari pemungutan suara juga dikatakan memakai masker (96 persen) dan menjaga jarak fisik (97 persen).
"Publik menilai protokol kesehatan memang dijalankan pada hari H, baik oleh pemilih maupun petugas," kata Saidiman.
Baca juga: Bawaslu Jabar Catat 202 Pelanggaran di Pilkada 2020
Selain itu, responden menanggapi positif pelaksanaan Pilkada 2020. Survei SMRC menyatakan, Pilkada 2020 dianggap sangat jujur dan adil (19 persen) dan cukup jujur dan adil (67 persen).
Kemudian, yang mengatakan kurang jujur dan adil hanya 3 persen, dan tidak jujur dan adil sama sekali 1 persen.
Berikutnya, masyarakat yang puas (6 persen), cukup puas (77 persen), dan kurang puas (7 persen).
Mayoritas masyarakat pun cukup yakin (74 persen) Pilkada 2020 menghasilkan pemimpin yang membuat daerah semakin baik. Mereka yang sangat yakin (11 persen) dan kurang yakin (9 persen).
"Warga pada umumnya menilai positif kualitas Pilkada 9 Desember 2020," tutur Saidiman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.