Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Stafsus Jokowi yang Berkali-kali Ditolak Kerja karena Difabel

Kompas.com - 20/02/2020, 06:42 WIB
Sania Mashabi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan mencari kerja tidaklah mudah untuk Angkie Yudistia.

Perempuan yang menjabat sebagai Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo ini mengaku penah ditolak berkali-kali saat melamar pekerjaan hanya karena dia penyandang disabilitas.

Padahal, sebelum menjadi stafsus, Angkie sudah mendapat gelar pendidikan S2 atau master.

"Ketika aku melamar kerja. Penolakan itu sering terjadi. Karena ketidak percayaan orang lain atas kemampuan diri kita," kata Angkie selepas mengisi acara "Indonesia Butuh Anak Muda", di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2020).

Baca juga: Staf Khusus Angkie Yudistia Bujuk Jokowi Bentuk Komnas Disabilitas

Meski sulit mendapatkam pekerjaan, Angkie tidak tidak menyerah. Dia tetap optimistis dan berusaha mencari peluang ditengah kondisinya itu.

Ketika sulit mendapatkan pekerjaan, Angkie justru berusaha menciptakan peluang. 

"Artinya aku memutuskan untuk jadi sociopreneur yang artinya supaya tidak terjadi hal-hal yang sama kepada teman-teman disabilitas yang lain," kata dia.

Angkie menceritakan, ketika menjadi sociopreneur, ia membantu para difabel untuk mengenal dunia kerja sehingga difabel siap diterima oleh industri pekerjaan apa pun. 

"Artinya diskriminasi ini bisa terselesaikan kalau kita punya visi ke depan, pandangan melakukan perubahan tidam hanya ke diri kita sendiri tapi juga orang lain. Itulah satu contoh diskriminasi," ucap Angkie.

Sulit dapat kesetaraan

Selain itu, Angkie bercerita soal betapa sulitnya para kaum difabel mendapatkan pendidikan di sekolah inklusif, yakni sistem layanan yang mengatur difabel bisa sekolah di lokasi terdekat bersama teman seusianya tanpa harus dibedakan kelas.

"Tapi banyak sekali sekolah-sekolah inklusi itu menilai kita artinya sebagai warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan yang setara dong," ujar dia.  

Baca juga: Stafsus Milenial Jokowi Angkie Yudistia Ceritakan Sulitnya Difabel Hidup Mandiri

Kendati sulit, Angkie menyarankan kaum difabel untuk terus berusaha mencari sekolah inklusif yang mau menerima.

Kata dia, diskriminasi harus dilawan oleh pribadi masing-masing.

"Diskriminasi itu terjadi di lingkungan kita yang harus melawan adalah kita sendiri tanpa harus bergantung dengan siapa pun karena sebagai agen perubahan itu adalah kita," ucap Angkie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com