JAKARTA, KOMPAS.com - Tangan Doddy Fabrian Susilo nampak bergerak cepat ketika melihat aba-aba. Kedua tangannya langsung memutar katup tabung berisikan 300 kg garam dari dalam kabin pesawat CN-295.
Doddy bersama sekitar sembilan prajurit terbang menuju Selat Sunda dari Lanud Halim Perdanakusuma sekitar pukul 14.39 WIB.
Ia bersama rombongan mengemban tugas melancarkan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) melalui penyemaian garam ke awan aktif.
Dengan posisi duduk di samping console, Doddy sesekali menengok keluar jendela. Pandangan ia lemparkan ke penjuru atmosfer bertaburan awan putih.
Saat tengah asik menikmati deretan awan, pesawat goncang begitu keras yang membuat pandangannya terisak.
Ternyata, pesawat baru saja menembus awan aktif cukup tebal, yang menandakan waktu kesibukannya segera dimulai.
Lantas ia langsung beringsut dan mengalihkan konsentrasi ke arah katup.
Katup itu ia genggam kencang dan diputarnya berlahan.
Tak lama, tangan kanannya mengambil palu berlapis karet yang tak jauh dari hadapannya. Kemudian ia getokan palu itu secara pelan ke lapisan tabung.
"Supaya garamnya cepat turun ke pipa besar," ujar Doddy ketika bertugas di pesawat CN-295, Kamis (9/1/2020).
Dari pipa tersebut, garam mengalir melewati sela-sela kecil dari buntut pesawat, tepat ketika memasuki pesesir Pandeglang, Banten.
Doddy terlihat semakin antusias setelah garam di delapan console dipastikan sudah keluar.
Doddy mengatakan, penaburan tersebut merupakan proses penyamaian garam terhadap awan aktif.
Sekitar 2,4 ton garam tertampung di delapan console yang dibawa pesawat CN-295. Masing-masing console mamuat sekitar 300 kg garam.
"Penaburan dilakukan di ketinggian 10 ribu sampai 12 ribu kaki," cetus pria berpangkat Peltu tersebut.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.