Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Diminta Lebih Perhatikan Isu Perempuan dalam Pidato Kenegaraan Besok

Kompas.com - 15/08/2019, 15:34 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Solidaritas Perempuan mengkritisi pidato Visi Indonesia yang disampaikan Presiden terpilih Joko Widodo, pada 14 Juli lalu di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor.

Menurut Solidaritas Perempuan, pidato itu minim isu perlindungan perempuan.

Dikhawatirkan, hal serupa akan terulang dalam pidato kenegaraan Presiden yang akan disampaikan jelang peringatan kemerdekaan, Jumat (16/8/2019) besok.

"Dilihat dari pidato (di Sentul), tidak ada kata perempuan, tapi hanya bicara soal ibu," kata Ketua Solidaritas Perempuan, Dinda Nur Annisa Yura, dalam Konferensi Pers "Gerak Lawan" di kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/8/2019).

"Satu-satunya yang bicara mengenai isu perempuan dalam pidato tersebut adalah mengenai bagaimana mencegah atau menurunkan angka kematian ibu dan proses stunting," ujar Dinda.

Baca juga: Jelang Pidato Kenegaraan Jokowi, YLBHI Kritisi Isu Lingkungan hingga Investasi

Meskipun perihal kesehatan ibu merupakan isu penting, menurut Dinda, persoalan perempuan tidak hanya sebatas itu saja.

Di luar hal tersebut, ada berbagai macam persoalan lain yang sebenarnya juga harus diperhatikan.

Misalnya, isu tentang perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam yang kian terancam karena rencana investasi besar-besaran yang tengah digalakkan Jokowi.

"Perempuan memiliki peran yang sangat signifikan, baik itu dalam hal pengelolaan sumber daya alam, dalam bidang pertanian, pesisir, yang justru peran-perannya itu terancam dan tergerus dengan adanya investasi dan orientasi ekonomi," ujar Dinda.

Baca juga: Jika Bappenas Oke, Jokowi Umumkan Ibu Kota Baru Saat Pidato Kenegaraan

Dinda berharap, pidato kenegaraan Jokowi Jumat (16/8/2019) besok bisa lebih memperhatikan kedaulatan perempuan.

Misalnya, bagaimana para buruh perempuan imigran dapat bekerja di luar negeri dengan perlindungan komprehensif dari negara.

Selain itu, mengenai bagaimana para petani perempuan bisa menanam dan mengolah benih tanpa ancaman poyek-proyek pemerintah yang lebih berpihak pada benih yang dihasilkan perusahaan besar.

Atau, bagaiamana nelayan perempuan bisa menangkap ikan tanpa dibuat khawatir dengan ancaman reklamasi.

"Bicara soal kedaulatan perempuan itu bicara soal bagaimana perempuan di pedesaan dan perempuan miskin kota itu tidak lagi kehilangan airnya karena air diprivatisasi dan kemudian air diperjualbelikan sebagai komoditas, bukan dilihat sebagai hak atau bahan dasar yang harus dipenuhi dilindungi dan juga dinikmati," kata Dinda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com