Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pidato Kenegaraan Jokowi, YLBHI Kritisi Isu Lingkungan hingga Investasi

Kompas.com - 15/08/2019, 14:12 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden terpilih Joko Widodo akan menyampaikan pidato kenegaraan, Jumat (16/8/2019).

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mengatakan, ada sejumlah isu yang harus diperhatikan saat menyimak pidato Presiden terpilih.

Pertama, isu eksploitasi sumber daya alam di beberapa kampung. Isu ini masih terus bergulir dan dinilai belum ada titik terangnya.

"Mari kita bertanya kepada saudara-saudara kita di Ogan Ilir, Kendeng, Tumpang Pitu, Gunung Talang, Kulon Progo, Surokonto, Tamansari, Lakardowo, serta kampung-kampung lainnya," kata Ketua Divisi Kampanye dan Jaringan YLBHI Arip Yogiawan di kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/8/2019).

Baca juga: Jika Bappenas Oke, Jokowi Umumkan Ibu Kota Baru Saat Pidato Kenegaraan

"Sepak terjang oligarki dengan dukungan penguasa mengikis habis sumber-sumber kehidupan dan daya dukung ruang di setiap kampungnya," sambungnya.

Karena besarnya eksploitasi sumber daya di beberapa desa, banyak penduduk setempat yang justru terusir dari kampungnya sendiri.

Direktur LBH Bandung Arip Yogiawan saat memberikan penjelasan kepada wartawan soal penangguhan penahanan tiga petani Desa Sukamulya, Majalengka, di Kantor LBH Bandung, Jalan Sidomulyo, Kamis (24/11/2016). KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani Direktur LBH Bandung Arip Yogiawan saat memberikan penjelasan kepada wartawan soal penangguhan penahanan tiga petani Desa Sukamulya, Majalengka, di Kantor LBH Bandung, Jalan Sidomulyo, Kamis (24/11/2016). KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI

Hal ini terjadi pada penduduk yang tempat tinggalnya terdampak pembangunan infrastruktur.

Pada awalnya mereka menerima kompensasi ganti rugi, tapi, tahun-tahun selanjutnya, kompensasi tersebut habis dan mereka justru hidup sebagai buruh.

Baca juga: Ngobrolin Menteri Kabinet Baru Jokowi di Istana Merdeka

YLBHI juga menyoroti sejumlah peristiwa pencerman lingkungan yang terjadi di beberapa daerah.

Misalnya, peristiwa kabut asap akibat pembakaran hutan di Palangkaraya, Pontianak dan Pekanbaru.

Atau polusi udara di Jakarta yang kian parah, atau pencemaran laut akibat kebocoran sumur dan pipa minyak Pertamina yang terjadi di Laut Karawang hingga Kepulauan Seribu.

"Kabar terakhir pencemaran sudah dirasakan oleh warga di Kepulauan Seribu bahkan sampai di Bangka Belitung," ujar Arip.

Baca juga: Buka-bukaan Jokowi soal Kabinet Baru...

Tidak hanya itu, YLBHI juga mempertanyakan Presiden Jokowi yang begitu menggencarkan rencana investasi besar-besaran.

Sejumlah rancangan Undang-undang disiapkan untuk mendukung agenda tersebut. Misalnya RUU Mineral dan Batubara, RUU Pertanahan, hingga RUU Sumber Daya Air.

Tetapi, di sisi lain, perlindungan terhadap masyarakat dinilai tidak diperhatikan.

"Revisi Undang-undang Ketenagakerjaan memudahkan mekanisme PHK serta mendorong hubungan industrial menjadi lebih fleksibel sesuai dengan selera pengusaha," kata Arip.

Oleh karenanya, YLBHI berharap, dalam pidato kenegaraannya besok, Jokowi dapat menyampaikan hal-hal yang lebih memperhatikan hak asasi manusia.

Kompas TV 2 bulan menuju pelantikan presiden dan wakil presiden Joko Widodo mengaku sudah mengantongi nama-nama calon menteri. Presiden juga akan mengubah komposisi kabinet kerja jilid 2 tapi jumlahnya akan sama dengan periode pertama yakni 34 kementerian. Yang difokuskan adalah soal investasi dan ekspor impor. Pertama pembentukan Kementerian Investasi. Nantinya Badan Koordinasi Penanaman Modal akan masuk jadi salah satu portofolio di kementerian tersebut. Kedua penggabungan kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Ekonomi Digital. Dan Kementerian Luar Negeri akan melebur dengan pos ekspor sehingga Kementerian Perdagangan hanya akan mengatur perdagangan dalam negeri. Perubahan nomenklatur ini juga dijanjikan akan diisi menteri muda rentang usia 25 hingga 35 tahun dengan komposisi 55% dari profesional dan 45% dari partai politik. Ekonom menilai rencana presiden meleburkan kementerian ini harus benar-benar didukung koordinasi yang baik antar-kementerian dan lembaga. Sementara para pelaku usaha menanggapi berbeda soal rencana Jokowi ini. Kepada Harian Kontan, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Adhi S Lukman mengatakan "kalau BKPM berubah jadi Kementerian Investasi akan lebih baik dalam hal kewenangan." Berbeda dengan Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta yang menilai persoalan mendasar pelemahan ekonomi adalah lemahnya ekspor bukan soal nomenklatur kabinet." Pos-pos strategis ekonomi selama ini jadi sorotan dalam penggodokan jajaran kementerian. Apalagi selama ini pemerintah sudah mengeluarkan bauran kebijakan untuk menyokong pertumbuhan ekonomi namun hasilnya tak maksimal. Profesional dinilai lebih bisa bekerja tanpa tekanan partai politik. #JokoWidodo #KabinetBaru #KementerianBaru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com