Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Abraham Samad soal "Sarapan Pagi" Penyidik hingga Cara Selamatkan KPK

Kompas.com - 08/08/2019, 10:01 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Panitia seleksi calon pimpinan KPK (pansel capim) saat ini sedang melakukan proses seleksi capim KPK untuk calon ketua KPK yang baru.

Dalam proses seleksinya, pansel capim KPK mendapat banyak sorotan. Selain dari masyarakat dan penggiat antikorupsi, para mantan pimpinan KPK pun ikut bersuara.

Sorotan tersebut di antaranya karena pansel capim KPK meloloskan nama-nama kandidat yang dianggap memiliki rekam jejak buruk.

Baca juga: Soal Seleksi Capim KPK, Abraham Samad Minta Pansel Tak Buru-buru

Sejauh ini terdapat 40 nama kandidat capim KPK yang lolos psikotes. Di antara 40 nama itu, terdapat beberapa nama yang pernah bersentuhan dengan KPK.

Mereka adalah Irjen Firli Bahuri, Irjen Antam Novambar, dan Irjen Dharma Pongrekun.

Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, pihaknya pernah melaporkan Irjen Firli Bahuri yang merupakan mantan Deputi Penindakan KPK atas dugaan pelanggaran etik.

Baca juga: Abraham Samad Sarankan Pansel Capim KPK Tegas soal Kepatuhan LHKPN

Diduga, Firli bertemu dengan salah satu kepala daerah yang kasusnya sedang  ditangani KPK.

Kemudian Antam Novambar, yang dari catatan ICW dalam sebuah investigasi media diduga mengintimidasi mantan Direktur Penyidikan KPK Endang Tarsa.

Antam diduga meminta Endang menjadi saksi meringankan di sidang praperadilan Komjen Budi Gunawan yang saat itu ditetapkan sebagai tersangka dugaan kepemilikan rekening gendut.

Baca juga: Tanggapi Kritik, Pansel Capim KPK Sebut Kami Bukan Alat Pemuas ICW

Sementara itu, Dharna Pongrekun sempat menandatangani surat pemanggilan untuk penyidik KPK Novel Baswedan terkait dugaan penganiayaan berat terhadap pelaku pencurian sarang burung walet di Bengkulu tahun 2014.

Melihat fakta-fakta tersebut, bagaimana tanggapan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011-2015, Abraham Samad terkait hal ini?

"Kita bisa temukan (Ketua KPK yang baik) kalau orang yang menemukannya jujur dan harus menggunakan mekanisme rekrutmen secara benar dan tepat," ujar Abraham Samad dalam diskusi media ICW bertajuk 'Menakar Agenda Calon Pimpinan KPK dalam Melindungi Pegawai KPK dan Pegiat Antikorupsi' di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2019).

Baca juga: Pansel Akan Gali Rekam Jejak 40 Capim KPK dalam Profile Assessment

Mantan Ketua KPK Periode 2011-2015 Abraham Samad (kedua dari kiri) saat hadir dalam diskusi media bertajuk Menakar Agenda Calon Pimpinan KPK salam Melindungi Pegawai KPK dan Pegiat Antikorupsi di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/3019).KOMPAS.com/Deti Mega Purnamasari Mantan Ketua KPK Periode 2011-2015 Abraham Samad (kedua dari kiri) saat hadir dalam diskusi media bertajuk Menakar Agenda Calon Pimpinan KPK salam Melindungi Pegawai KPK dan Pegiat Antikorupsi di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/3019).

Menurut dia, seleksi fisik dan tes untuk menemukan pimpinan KPK sangat penting.

Semasa ia mengikuti seleksi pimpinan KPK pada tahun 2011 lalu, ia mengikuti berbagai proses mulai dari tes fisik hingga psikotes.

Seleksi fisik dan psikotes itu, kata dia, akan memperlihatkan gambaran utuh seseorang, apakah orang tersebut punya integritas paripurna atau tidak.

Baca juga: Ini yang Akan 40 Capim KPK Hadapi dalam Tahap Profile Assessment

"Kita mengabaikan itu karena sudah punya niat untuk memasukan orang tertentu (ke KPK). Kalau pansel jujur, maka kita akan temukan 10 orang yang punya integritas paripurna," tegas dia.

"Kenapa tidak ketemu (orang jujur)? Karena tidak menggunakan mekanisme secara benar dan tepat. Sudah ada (mekanismenya), tinggal mau pakai atau nggak," lanjut dia.

Jika pansel capim KPK saat ini gagal menemukan orang-orang yang sejak awal tak punya keberpihakan dan komitmen kuat terhadap pemberantasan korupsi, maka menurut dia akan membahayakan.

Baca juga: BNN Telusuri Kemungkinan Adanya Aliran Dana Narkoba ke 40 Capim KPK

"Kalau pansel jujur dan mekanismenya benar, maka akan menemukan orang-orang itu. Sebab psikotes dan profile assesment akan gambarkan karakter sesungguhnya," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com