JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Adi Prayitno, menilai, posisi Partai Amanat Nasional (PAN) sangat strategis jika bergabung dengan ke Koalisi Indonesia Kerja (KIK).
Menurut dia, PAN menjadi kanal politik kelompok Islam modern. Hal inilah yang membuat partai pimpinan Zulkifli Hasan ini strategis dan membuat KIK memberi sinyal kepada PAN.
"Memang posisi PAN strategis karena dianggap mewakili kelompok atau representasi dari umat Islam modern, seperti Muhammadiyah," ujar Adi kepada Kompas.com, Senin (29/4/2019).
Baca juga: TKN Sarankan Internal PAN Solid Sebelum Bergabung Koalisi Indonesia Kerja
Menurut dia, basis pemilih PAN penting untuk keseimbangan tersebut.
"Karena KIK ingin ada keseimbangan. Jadi ada partai nasionalis dan yang basisnya agama. Sebagian besar pemilih PAN kan dari Muhammadiyah," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Mahkamah Partai Amanat Nasional (PAN) Yasin Kara mengakui pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Presiden Joko Widodo bisa membuka peluang partainya bergabung kembali dengan kubu capres petahana.
"Membuka diri, kita tetap membuka diri. PAN partai paling rasional yang pernah ada. Bisa bergabung (ke Jokowi) bisa tidak," kata Yasin di Jakarta, Sabtu (27/4/2019).
Baca juga: PAN, di Tengah Isu Berpaling dari Koalisi Prabowo dan Pemecatan Pendiri Partai
Menurut Yasin, arah koalisi PAN ke depan akan tergantung dengan evaluasi internal pasca Pemilu 2019 usai.
Jika dalam evaluasi tersebut PAN dinilai sudah cocok bersama koalisi parpol pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, maka PAN akan mempertahankan posisinya.
Namun, jika posisi PAN dinilai sudah tidak cocok disana, maka bisa jadi PAN kembali mengalihkan dukungan dan bergabung dengan koalisi Jokowi.