JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman menilai, potensi pencurian suara tak bisa terjadi di Pemilu 2019.
Ia mengatakan, mekanisme rekapitulasi pada pemilu kali ini menyulitkan terjadinya pencurian suara.
Hal itu disampaikan Arief menanggapi pernyataan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menyatakan ada potensi suara dicuri.
"Siapa yang nyuri? Enggak, enggak bisa suaranya dicuri," kata Arief saat ditemui di Hotel Sari Pacific, Jakarta, Sabtu (6/4/2019).
Baca juga: Mendagri Sebut Ada Upaya Delegitimasi KPU melalui Hoaks
Ia mengatakan, KPU telah mempersiapkan mekanisme pencegahan pencurian suara. Dengan demikian, lanjut Arief, pencurian suara akan langsung diketahui.
Selain itu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga mengawasi kinerja KPU di daerah hingga pusat. Bawaslu memiliki sistem pengawasan yang ketat dalam proses rekapitulasi suara.
"Saya ingin ingatkan ya, dengan mekanisme yang dibangun oleh KPU sekarang, kalau ada yang nyuri, akan ketahuan. Dan kemudian Bawaslu juga bisa memberi rekomendasi untuk koreksi kalau memang ada kesalahan," lanjut Arief.
Baca juga: Mendagri Minta Masyarakat Tak Terpengaruh Hoaks Settingan Server KPU
Sebelumnya, Prabowo mengungkapkan bahwa dirinya menargetkan selisih perolehan suara di atas 25 persen dari pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sebab, kata Prabowo, ada potensi perolehan suaranya dicuri sekitar belasan persen.
"Kita harus menang dengan angka yang sangat besar. Kita harus menang dengan selisih di atas 25 persen karena potensi dicuri sekian belas persen," kata Prabowo saat berpidato di acara silaturahim Gerakan Elaborasi Rektor, Akademisi Alumni, dan Aktivis Kampus Indonesia di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat (5/4/2019) malam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.