JAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan tahun sudah Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, berpulang.
Akan tetapi, prinsip dan nilai-nilai perjuangannya terus hidup dan berkembang hingga saat ini.
Bak magnet, kharisma Gus Dur yang begitu kuat mampu menggerakkan para pecintanya untuk meneruskan perjuangan, baik spiritualitas, pluralitas, kemanusiaan, kesetaraan, persaudaraan, dan pembebasan atas segala bentuk penindasan.
Dalam politik, dukungan keluarga Gus Dur masih dianggap penting, berharap restu simbolik yang berujung pada "berkah" elektoral dari para pecinta Gus Dur.
Silaturahim yang dilakukan pada calon presiden dan calon wakil presiden dinilai sebagai bagian menjaga komunikasi dengan keluarga Gus Dur.
Baca juga: Alissa Wahid: PKB Jadikan Gus Dur sebagai Komoditas Politik
Meskipun, hingga saat ini, keluarga Gus Dur belum secara terbuka menunjukkan ke mana arah dukungan politik akan diberikan.
Presiden Joko Widodo berkunjung ke kediaman keluarga Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (7/9/2018) siang. Kunjungan ini dalam rangka silaturahim.
Tiga hari setelah itu, giliran calon wakil presiden Sandiaga Uno yang bersilaturahim disusul Prabowo Subianto yang datang tiga hari setelahnya.
Rencananya, cawapres pendamping Jokowi, Kiai Haji Ma'ruf Amin juga akan bersilaturahim ke Ciganjur pada pekan depan.
Putri pertama Gus Dur, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid menegaskan, keluarga Gus Dur belum memutuskan arah dukungan pada Pilpres 2019.
Alasannya, sang ibunda dan para kiai sesepuh sedang melaksanakan shalat istiqarah.
"Ibu (Sinta) masih (shalat) istiqarah. Kiai-kiai yang kami anggap sebagai sahabat Gus Dur dan bebas dari kepentingan politik praktis semata juga sedang kami minta melakukan istiqarah. Nanti petunjuk dari sana itu yang akan kita jadikan sebagai deal breaker-nya, penentunya," ujar Alissa, saat hadir dalam acara Satu Meja yang ditayangkan Kompas TV, Rabu (19/9/2018) malam.
Baca juga: Keluarga Gus Dur, Dukung Jokowi atau Prabowo? Ini Kata Alissa Wahid