Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, hubungan Prabowo dengan Gus Dur sudah terjalin sejak lama.
Hubungan keduanya, dahulu, sangat baik sehingga silaturahim dengan keluarganya pun tetap harus dijaga.
"Saya ingat, Gus Dur pernah menyampaikan, kurang lebih tahun 2009 atau 2010 dan itu bisa kita lacak, orang yang paling ikhlas itu adalah Prabowo Subianto," ujar Ferry, pada kesempatan yang sama.
"Pernyataan itu memiliki makna, kedekatan dan ketulusan seorang Gus Dur kepada seorang Prabowo Subianto. Kami memang lebih setia kepada cita-cita, pikiran dan seluruhnya yang pernah dilakukan Gus Dur di bidang sosial kemasyarakatan," lanjut dia.
Baca juga: Ke Mana Suara Pecinta Gus Dur di Pilpres 2019?
Ketua DPP Partai Demokrat Yansen Sitindaon menambahkan, Prabowo sudah menjalankan nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur semasa hidupnya.
"Latar belakang Prabowo, beliau Muslim, kakak nomor satunya Katolik, kemudian adiknya, Hasyim, itu Kristen Protestan. Di dalam keluarganya sendiri sudah sangat beragam, sangat plural. Seperti Gus Dur principle," ujar Yansen.
Tak sepakat, Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa Abdul Kadir Karding menilai pernyataan Ferry merupakan klaim semata.
Menurut historis, lanjut Karding, justru Prabowo Subianto berada di kelompok yang berseberangan dengan Gus Dur.
"Kan Gus Dur zaman 1998 itu kita tahu membela mahasiswa, gerakan reformasi di mana saat yang sama, Pak Prabowo tidak ada di situ. Berada di seberang," ujar Karding.
Baca juga: Jokowi Minta Restu dan Dukungan, Ini Jawaban Istri Gus Dur
Politikus PDI Perjuangan Zuhairi Misrawi mengatakan, berdasarkan rekam jejak, justru sosok Jokowi yang paling dekat dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur.
"Kebijakan seorang pemimpin itu harus mengacu kepada kemaslahatan. Kita lihat program- program Presiden Jokowi, misalnya program desa, membangun 120 ribu kilometer jalan desa, infrastruktur waduk, kita lihat Kartu Indonesia Sehat. Saya kira prinsip-prinsip Gus Dur benar-benar sudah dijalankan oleh Pak Jokowi," ujar Gus Mis, sapaan akrabnya.
Menanggapi soal ini, Alissa mengatakan, ketika Gus Dur dekat secara personal dengan seseorang, bukan berarti ia setuju dengan segala kebijakan dan pemikirannya.
"Yang patut diingat adalah, Gus Dur itu tidak pernah terperangkap dengan figur. Tapi selalu dengan tindakan. Yang dilawan Gus Dur adalah tindakan. Yang disetujui Gus Dur adalah tindakan. Jadi dia tidak pernah terjebak pada orang," ujar Alissa.
"Misalnya berhubungan dengan Pak Harto, Gus Dur paling depan menolak sikap sewenang- wenang, penggunaan militer untuk mahasiswa, untuk pengendalian rakyat. Tapi hubungan secara personal dengan Pak Harto itu juga tetap baik. Jadi tidak bisa dipakai soalnya soal orang ini dekat secara fisik," kata dia.