Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Perbaikan Lapas, KPK Koordinasi Pencegahan Korupsi dengan Dirjen PAS

Kompas.com - 25/07/2018, 15:45 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Febri Diansyah mengungkapkan, KPK telah bertemu dengan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Budi Utami untuk membahas perbaikan sistem permasyarakatan.

Hal ini menindaklanjuti operasi tangkap tangan (OTT) KPK dalam kasus dugaan suap terhadap Kepala Lapas Sukamiskin Wahid Husein.

"Ini merupakan bentuk konkret dari konsep penindakan dan pencegahan terintegrasi," ujar Febri dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/7/2018).

Baca juga: Kalapas Sukamiskin Ditangkap KPK, Dirjen PAS Minta Maaf

Febri mengungkapkan, temuan KPK berupa praktik suap terhadap petugas lapas untuk mendapatkan fasilitas mewah, perlakuan khusus, akses keluar masuk tahanan membuat sistem pemasyarakatan saat ini memperihatinkan.

"Melalui tugas pencegahan KPK, kami lakukan koordinasi antara Deputi Bidang Pencegahan dan tim serta Dirjen PAS," kata dia.

Ada sejumlah hal yang dibahas dalam koordinasi tersebut. Pertama, KPK berharap Dirjen PAS memperbaiki tata kelola lapas dan rutan dengan memerhatikan rekomendasi KPK tahun 2010.

Baca juga: KPK Dalami Proses Pembelian Mobil dalam Kasus Suap Kalapas Sukamiskin

"Dirjen PAS mengatakan sudah mempunyai program revitalisasi lapas dan rutan dan saat ini sudah berjalan. Menurut Dirjen PAS, problem saat ini yang masih terjadi adalah overkapasitas, bercampurnya narapidana berbagai tindak pidana," kata Febri.

Selain itu ada persoalan uang makan napi Rp 15 ribu per hari, konflik kepentingan antara petugas lapas dan napi korupsi, terorisme serta narkotika.

Ia mengungkapkan, KPK juga menyerahkan hasil observasi tahun 2010 kepada Dirjen PAS. Sementara Dirjen PAS menyerahkan data program revitalisasi lapas dan rutan ke KPK. KPK juga berencana membentuk tim di kedeputian bidang pencegahan.

Baca juga: KPK Diminta Telusuri Dugaan Keterlibatan Pejabat Kemenkumham Terkait OTT Kalapas Sukamiskin

"Kami berharap upaya perbaikan dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Tidak hanya bersifat reaktif dan insidental saja. Karena bahkan KPK sebelumnya pernah melakukan kajian, paparan hingga menyurati Presiden (pada tahun 2011) terkait perbaikan lapas," katanya.

Febri berharap keterlambatan perbaikan sistem pemasyarakatan pada tahun 2010-2011 tak terulang kembali. Ia meminta seluruh jajaran Kemenkumham, khususnya di Dirjen PAS untuk membangun semangat antikorupsi.

"Upaya pencegahan yang membutuhkan keseriusan yang sama dari pihak yang terlibat sering diumpamakan dengan idiom lama "it takes two to tango"," katanya.

Baca juga: OTT Kalapas Sukamiskin, KPK Duga Adanya Keterlibatan Napi Koruptor Lain"Kurang lebih berarti, sebuah aktivitas tidak akan bisa berhasil jika hanya dilakukan sendiri, butuh partisipasi yang sama antara pihak terkait," sambung Febri.

Ia juga pernah mengatakan, praktik suap di lapas membuat kerja KPK dalam pemberantasan korupsi jadi sia-sia.

"Kerja keras penyidik dan penuntut umum memproses dan membuktikan kasusnya menjadi nyaris sia-sia jika terpidana korupsi masih mendapat ruang transaksional di lapas dan menikmati fasilitas berlebihan dan bahkan dapat keluar masuk tahanan leluasa," kata dia.

Kompas TV Hal ini agar kasus serupatidak terulang di kemudian hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com