Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P: Tak Ada Hal Baru dalam Kontrak Politik SBY

Kompas.com - 13/07/2018, 18:09 WIB
Kristian Erdianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Ahmad Basarah menilai tidak ada hal baru dalam kontrak politik yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Menurut saya tidak ada hal baru yang disampaikan oleh Pak SBY dalam konteks kontrak politik, karena memang desain UUD kita dan UU Pemilu mendorong parpol untuk melakukan kerja sama politik," ujar Basarah saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (13/7/2018).

Basarah mengatakan, Pasal 6A Ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa calon presiden dan calon wakil presiden diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu sebelum pemilu dimulai.

Menurut Basarah, pasal tersebut mendorong setiap parpol untuk berkoalisi dan tidak berjalan sendiri-sendiri.

Baca juga: SBY Sebut Cawapres Bukan Harga Mati bagi Demokrat

Kemudian, dalam Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu menyatakan, pasangan calon capres-cawapres diusulkan parpol atau gabungan parpol yang memenuhi syarat perolehan kursi 20 persen dari jumlah kursi di DPR.

Selain itu, kata Basarah, frasa kalimat sebelum pemilihan umum dilaksanakan mengandung pengertian bahwa kerja sama politik jangan hanya berdasarkan kerja sama elektoral atau mengusung figur dengan elektabilitas tertentu.

Namun, diharapkan juga pertemuan itu sebagai pertemuan visi dan misi antar-partai politik.

"Supaya tidak terkesan pilpres kita ini hanya sekadar ajang perebutan kekuasaan politik pada level nasional an sich gitu. Tapi juga ada pertemuan gagasan, konsep, rencana-rencana pembangunan nasional selama lima tahun ke depan," kata Basarah.

Melalui video di akun YouTube Partai Demokrat, Kamis (12/7/2018) malam, SBY menyampaikan lima kontrak politik kepada capres dan cawapres yang berkontestasi di Pilpres 2019.

SBY mengatakan, kontrak politik itu penting untuk ditandatangani karena menjadi bagian dari aspirasi Partai Demokrat yang diserap dari rakyat untuk diperjuangkan oleh kandidat capres dan cawapres ke depan.

Baca juga: Demokrat: Airlangga Minta SBY untuk Bersedia Jadi Koalisi Cadangan

Pertama, Partai Demokrat meminta capres dan cawapres yang menjadi mitra koalisi secara tegas memperjuangkan ideologi Pancasila.

SBY mengatakan Partai Demokrat tak ingin capres dan cawapres mereka membuka ruang penyeberangan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila seperti komunisme dan radikalisme agama.

Kedua, Partai Demokrat menginginkan adanya perbaikan ekonomi. Menurut SBY, saat ini masyarakat masih merasakan kesulitan ekonomi.

"Kemudian kemiskinan, mesti diturunkan dengan upaya yang makin serius dan diharapkan ada keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dengan pembangunan manusianya dan tidak kalah pentingnya rakyat berharap pajak betul-betul adil. Tidak membebani rakyat," kata SBY.

Ketiga, Partai Demokrat meminta nantinya capres dan cawapres mitra koalisi mereka tidak mengintervensi hukum dalam berpolitik.

Keempat, Partai Demokrat meminta capres dan cawapres mereka menegakkan demokrasi secara utuh dalam menjalankan pemerintahan sehingga menjamin sistem check and balances dan tidak memberangus kebebasan berpendapat.

"Kelima, pemimpin mendatang harus bisa menjaga persatuan dan kerukunan sosial dan sikap antiradikalisme. Persatuan bangsa, kerukunan atau harmoni sosial penting untuk ditegakkan dalam kehidupan bangsa yang majemuk," ujar SBY.

"Kebinekaan dan toleransi harus dipelihara. Kita menolak ekstremisme dan radikalisme dan kekerasan dalam bentuk apa pun. Kita harus mencegah politik identitas atau politik SARA dalam pemilu dan pilkada," kata dia.

Kompas TV Pernyataan Tuan Guru Bajang Zainul Majdi ini disampaikan di sela kunjungannya ke redaksi Harian Kompas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat 'Smart Card' Haji dari Pemerintah Saudi

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat "Smart Card" Haji dari Pemerintah Saudi

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri 'Triumvirat' dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Meneropong Kabinet Prabowo-Gibran, Menteri "Triumvirat" dan Keuangan Diprediksi Tak Diisi Politisi

Nasional
Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Dewas KPK Gelar Sidang Perdana Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron Hari Ini

Nasional
Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Jokowi Resmikan 40 Kilometer Jalan Inpres Senilai Rp 211 Miliar di NTB

Nasional
Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Jokowi Akan Resmikan Bendungan dan Panen Jagung di NTB Hari ini

Nasional
Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal 'Food Estate'

Meski Isyaratkan Merapat ke KIM, Cak Imin Tetap Ingin Mendebat Prabowo soal "Food Estate"

Nasional
Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Setelah Jokowi Tak Lagi Dianggap sebagai Kader PDI-P...

Nasional
Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com