JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menilai, perlu ada pengamanan berlapis bagi penyidik KPK. Hal ini merespons kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
Meski sekitar 10 bulan peristiwa itu terjadi, hingga kini pelaku penyerangan Novel masih belum terungkap.
Samad menilai, pengamanan yang diberikan KPK terhadap penyidiknya masih belum cukup. Dia menyatakan, negara perlu hadir terlibat dalam memberikan pengamanan bagi penyidik KPK.
"Seharusnya begitu. Karena saya lihat pengamanan di KPK agak minimalistis. Oleh karena itu, menurut saya negara harus hadir," kata Samad, di gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/2/2018).
(Baca juga: Polisi Siapkan Pengamanan di Rumah Novel Baswedan)
Jika negara absen dalam memberikan perlindungan, Samad menilai pemberantasan korupsi bakal terganggu. Jika demikian, pemenangnya adalah koruptor.
"Kita tidak mau koruptor itu menang, mengalahkan republik ini. Oleh karena itu kita harus terus maju, semangat, dan harus terus memberikan dukungan kuat bagi KPK dan insan-insan KPK yang bekerja secara berintegritas," ujar Samad.
Wajah Novel Baswedan disiram air keras seusai menunaikan shalat Subuh berjamaah di Masjid Al Ikhsan, Jalan Deposito RT 003 RW 010, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada 11 April 2017.
Seusai mendapat serangan, Novel dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sore harinya, Novel dirujuk ke Jakarta Eye Center.
Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras ternyata tak cukup ditangani di Indonesia. Pada 12 April 2017, dokter merujuk agar Novel mendapatkan perawatan mata di Singapura.
Pada 17 Agustus 2017, Novel menjalani operasi pertama di Singapura. Hingga saat ini, kasus penyiraman air keras terhadap Novel belum juga menemukan titik terang.
Setelah lebih dari 10 bulan sejak penyerangan dilakukan, polisi belum juga menetapkan satu tersangka.