Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Politik 2019 Akan Semakin Besar, jika...

Kompas.com - 27/12/2017, 06:36 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemilu 2014 menyisakan polarisasi politik yang juga berdampak pada publik.

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Arif Susanto, menilai, pola serupa bisa terulang pada Pemilu 2019. Apalagi, ketegangan politik juga terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Menurut Arif, konflik politik pada 2019 bisa jadi semakin meruncing jika beberapa hal masih terjadi.

Pertama, sikap elit politik yang tak kunjung puas dengan power sharing atau pembagian kekuasaan. Hal itu, kata dia, terjadi dalam tiga tahun terakhir.

"Seperti PAN berdiri di dua kaki (pemerintahan dan koalisi). Kita lihat juga Prabowo (Subianto) yang disebut sebagai pesaing Jokowi terus menerus memainkan politik yang tidak cukup elegan, begitu juga dengan SBY. Karena mereka tidak puas dengan power sharing," ujar Arif, di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (26/12/2017).

Baca juga: Didukung Parpol tapi Elektabilitas Lambat Naik, Tantangan Jokowi Jelang 2019

Pemilu 2019 juga menjadi momentum apakah demokrasi di Indonesia bisa terkonsolidasi atau justru mengalami kemunduran. Hal itu bisa dijawab oleh sikap elit politik terkait penerimaan terhadap power sharing.

Kedua, harus ada kepuasan masyarakat terhadap pembangunan.

Arif mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tiga tahun terakhir cenderung stabil, tetapi ada kesenjangan ekonomi yang besar dan tak diikuti dengan distribusi merata.

Pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara jor-joran baru terasa dampaknya pada level menengah dalam jangka panjang.

"Akibatnya masih ada perdebatan terhadap prestasi Jokowi yang punya dampak minimum terhadap popularitas politik dia," kata Arif.

Ketiga, peluang konflik pada 2019 akan membesar jika pemerintah gagal pada tiga hal, yakni penegakan hukum, penegakan Hak Asasi Manusia (HAM), dan antikorupsi.

Baca juga: Jelang Pemilu 2019, PPP Ingin Kubu Djan Faridz Kembali Bergabung

Arif menilai, prestasi hukum Jokowi akan stagnan jika masih mempertahankan Menteri Hukum dan HAM serta Jaksa Agung dari unsur politisi.

"Kesalahan Jokowi adalah mengangkat Menkumham dan Jaksa Agung seorang politikus. Selama itu dilakukan, tidak akan pernah prestasi hukumnya Jokowi bagus," kata dia.

TNI dan Polri

Profesionalitas TNI dan Polri juga dinilai berpengaruh terhadap peluang konflik pada pemilu 2019.

Ia berharap, Jokowi mampu menjaga profesionalitas dan soliditas TNI-Polri jelang 2019 agar konflik politik tak membesar.

"Kalau tahun-tahun yang penuh kerawanan ini disongsong dengan friksi dalam tubuh TNI-Polri, saya khawatir boro-boro TNI-Polri bisa menyelesaikan peluang konflik di masyarakat, tapi konflik internal saja belum selesai," kata Arif.

Terakhir, perlunya institusi sosial di luar politik yang mampu memoderasi politik. Jika masyarakat menjadi pribadi yang politis, Arif khawatir Indonesia akan dihadapkan pada kerawanan setiap lima tahun sekali. Sebab, tak ada pranata sosial lain yang bisa memediasi.

"Jadi tidak ada institusi di luar politik yang bisa diharapkan untuk jadi jalan keluar dari jalan politik," ujar Arif.

Kompas TV Pertarungan Koalisi Besar di Pilkada 2018 (Bag 2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com