Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelar Uji Kelayakan dan Kepatutan Hakim MK, Anggota Komisi III Bantah Ada Lobi

Kompas.com - 06/12/2017, 10:39 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi III DPR akan menggelar uji kelayakan dan kepatutan hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Salah satu hakim MK yang akan diuji kelayakan dan kepatutannya ialah Ketua MK Arief Hidayat hari ini, Rabu (6/12/2017).

"Rencananya begitu (uji kelayakan dan kepatutan hakim MK hari ini)," kata Arsul melalui pesan singkat, Rabu (6/12/2017).

Diketahui, Arief saat ini tengah menyidangkan uji materi terkait keabsahan Hak Angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menanggapi potensi konflik kepentingan yang muncul, anggota Komisi III DPR Arsul Sani membantah adanya lobi politik antara pihaknya dengan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat dalam proses masa perpanjangan jabatan hakim MK.

Baca juga : Ini Profil Ketua MK Arief Hidayat

Ia mengaku mendengar kabar adanya lobi antara Komisi III dan Arief sebab saat ini MK tengah menyidang uji materi terkait keabsahan Hak Angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Arsul mengakui Komisi III sempat mengundang Arief dalam rapat internal Komisi III di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta.

Saat itu, kata dia, Panitia Kerja (Panja) Rancangan Undan-undang (RUU) KUHP Komisi III tengah menggelar rapat. Seusai rapat, mereka menggelar rapat internal sekaligus mengundang Arief untuk membahasan perpanjangan masa jabatan hakim MK yang dipilih DPR.

Karena tak dihadiri semua fraksi, rapat gagal mencapai kesimpulan dan diadakan kembali di ruang rapat Komisi III.

"Pak Arief ditanya dan bersedia (kembali menjadi hakim MK)," papar Arsul.

Baca juga : Arief Hidayat Ungkap Kesaksian Palsu di MK

Ia menambahkan, saat Arief keluar ruangan, dirinya mengusulkan agar perpanjangan masa jabatan Arief dilakukan dengan menggelar uji kelayakan dan kepatutan yang melibatkan panel ahli yang terdiri dari 3-5 orang ahli hukum tata negara dan selainnya.

Selain itu, anggota Fraksi Partai Demokrat Benny K. Harman mengusulkan agar calonnya tak hanya Arief sehingga lebih akuntabel.

Usulan tersebut, lantas diterima dan dianggap sebagai cara untuk menekan konflik kepentingan antara Komisi III dan Arief sebagai pihak yang terlibat dalam sidang uji keabsahan Hak Angket KPK di MK.

"Kami di dalam harus meredusir. Caranya mebentuk panel ahli, mengevaluasi profesionalitas Pak Arief. Kalau langsung diketok justru megukuhkan ada deal dan sebagainya," kata dia.

"Ini kan ada satu pihak profesional mengevaluasi. Keputusan politik di masing-masing fraksi. Mau ada Pak Arief boleh, mau calon lain boleh. Kan lebih fair," lanjut dia.

Kompas TV Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat temui Presiden Joko Widodo guna membahas dinamika dalam tubuh Mahkamah Konstitusi. Pertemuan itu sekaligus untuk mencari pengganti patrialis akbar yang diberhentikan sementara dari jabatannya karena tersangkut dugaan korupsi. Pertemuan Arief Hidayat dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta untuk memberikan laporan terkait status Hakim MK Patrialis Akbar. Dari hasil pertemuan ini Majelis Kehormatan MK akan bersidang kembali untuk mendapatkan rekomendasi dan menentukan pemberhentian Patrialis secara tidak hormat jika terbukti melanggar kode etik berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com