Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Politik Uang, Wakil Ketua Komisi II Usulkan "Operasi Demokrasi"

Kompas.com - 07/11/2017, 22:53 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi II DPR RI Lukman Edy mengusulkan dilakukan "operasi demokrasi" untuk mengantisipasi praktik politik uang atau money politic.

Pasalnya, kata Lukman, praktik politik uang ini menjadi salah satu penyebab konflik dalam pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Konflik akibat politik uang, baik itu menyangkut membeli suara secara eceran, ataupun grosiran," kata Lukman dalam diskusi di KPU, Jakarta, Selasa (7/11/2017).

Lukman menjelaskan, pembelian suara secara eceran biasanya dilakukan langsung ke rumah-rumah warga calon pemilih. Pembelian suara itu bisa dengan memberikan amplop berisikan uang, ataupun sembako.

"Isinya (amplop) pasarannya Rp 20.000 sampai dengan Rp 150.000. Ada juga yang bilang Rp 500.000, tapi saya enggak percaya," kata Lukman.

(Baca juga: Bawaslu Tambah Politik Uang dan Politik Identitas Jadi Indikator Kerawanan Pemilu)

Sedangkan pembelian suara secara grosiran biasanya dilakukan dengan cara membeli suara di tempat-tempat pemungutan suara (TPS), dan membeli suara ke panitia pemilihan kecamatan (PPK).

Guna menghindari, praktik politik uang tersebut, Lukman mengusulkan digelar operasi demokrasi. Idenya ini berasal dari best practice salah satu kabupaten yang menggelar Pilkada 2016.

Operasi demokrasi ini akan bekerja selama empat hari, yaitu tiga hari di masa tenang, dan satu hari pada hari pemungutan suara. Lukman menuturkan, operasi ini melibatkan juga kepolisian untuk melakukan razia.

"Lihat mobil dan truk yang lewat, ketemu ada berapa truk bawa sembako. Begitu ketemu, itu memberikan efek takut kepada kandidat untuk meneruskan rencana politik uang," kata dia.

(Baca juga: ICW: Kewenangan Besar Bawaslu Harus Atasi Politik Uang)

Jika perlu, kata dia, operasi ini dilakukan 24 jam pada satu-dua hari jelang hari pemungutan suara.

"Kalau ada orang tengah malam bawa sarung, bawa tas, razia saja. Seperti razia senjata tajam dan narkoba itu, dibuka saja tasnya," kata Lukman.

"Kalau ketemu amplopnya banyak, tangkap. Kan itu sudah pasti mau praktik politik uang," ucapnya.

Menurut Lukman, ide ini telah ia sampaikan ke Ketua Bawaslu RI Abhan beberapa waktu lalu. Bawaslu RI bersama KPU, Kepolisian dan Kejaksaan Agung bisa membuat nota kesepahaman untuk menggelar operasi demokrasi ini.

Kompas TV Begitu berharganya suara Anda dalam pilkada serentak, tapi bukan berarti pilihan politik bisa dengan mudah digadai dengan uang. Di saat masa tenang, dugaan praktik politik uang rawan terjadi. Panitia Pengawas Pemilihan Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh menerima laporan warga, mendapat surat undangan pemberitahuan pemungutan suara yang di dalamnya terselip uang sebesar Rp 100 ribu. Indikasi praktik politik uang yang mengarahkan pemilik suara untuk memilih salah satu pasangan calon diduga terjadi di Yogyakarta. Panitia Pengawas Pemilu Kulon Progo, Yogyakarta, tengah berkooridnasi dengan polisi dengan bukti uang dan kalender bergambar salah satu pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kulon Progo. Sementara di Jakarta demi menangkal praktik politik uang di Pilkada DKI Jakarta, Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan membentuk tim gabungan operasi tangkap tangan money politics atau OTT politik uang. Kepolisian akan menindak secara hukum bagi siapa saja yang terbukti memberi atau menerima uang untuk mengarahkan suara pada salah satu paslon di hari pemungutan suara. Ketua Bawaslu DKI Jakarta juga mengimbau masing-masing paslon beserta tim suksesnya agar tidak melakukan hal yang dapat mencederai Pilkada 2017. Tak hanya butuh pengawasan, kewaspadaan akan praktik politik uang di penyelenggaraan pilkada serentak, 15 Februari mendatang juga membutuhkan kewaspadaan di segala lini, termasuk dari Anda, para pemilik suara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Biaya Ibadah Umrah dan Kurban SYL pun Hasil Memeras Pejabat Kementan

Nasional
SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

SYL Sebut Perjalanan Dinas Atas Perintah Presiden untuk Kepentingan 280 Juta Penduduk

Nasional
DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

Nasional
Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

Nasional
DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

Nasional
KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com