JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekjen Partai Hanura Tri Dianto mengaku tidak begitu khawatir dengan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menunjukkan bahwa elektabilitas partainya menurun.
Berdasarkan hasil survei itu, Hanura hanya mendapatkan 1,3 persen suara pemilih. Artinya, Hanura tidak akan lolos ke parlemen karena tak melewati ambang batas 3,5 persen.
"Yang jelas masih ada waktu untuk menuju Pemilu 2019. Masih ada waktu untuk berbenah," kata Tri Dianto kepada Kompas.com, Jumat (6/10/2017).
Tri Dianto menambahkan, survei adalah alat bantu untuk mengukur persepsi rakyat dan sifatnya tidak statis. Persepsi rakyat juga dinamis dan cepat bergerak.
Baca: Survei SMRC: Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi, Kepuasan Publik Capai 68 Persen
Apabila kinerja partai makin baik dan rakyat makin tahu, Tri Dianto yakin Hanura bisa bangkit dan meningkat elektabilitasnya.
"Jadinya naik atau turun itu hal biasa. Kalau turun ya kami harus terus berbenah meningkatkan kinerja. Tidak perlu pesimis."
Ia menegaskan bahwa partainya tidak khawatir dan tidak berkecil hati dengan survei yang dirilis SMRC. Apalagi, dari data hasil survei itu, semua partai angkanya stagnan atau turun dibandingkan hasil Pileg 2014, kecuali hanya PDI-P.
Baca: Masuk dalam Survei SMRC, Bagaimana Elektabilitas Gatot Nurmantyo?
"Ini adalah salah satu bahan untuk bercermin. Pasti kami harus tambah semangat untuk memperbaiki kerja-kerja politik dan organisasi," kata dia.
Hasil survei SMRC menunjukkan elektabilitas PDI Perjuangan unggul jauh dari parpol lainnya yakni 27, 1 persen. Golkar menyusul dengan 11,4 persen, Gerindra 10,2 persen, dan Demokrat 6,9 persen, Partai Kebangkitan Bangsa 5,5 persen.
Partai lainnya, Partai Keadilan Sejahtera 4,4 persen, Partai Persatuan Pembangunan 4,3 persen, Partai Amanat Nasional 2,4 persen, Perindo 2,0 persen, Hanura 1,3 persen, Partai Bulan Bintang 0,1 persen, PBN 0,1 persen, dan PKPI 0,1 persen.
Baca: Survei SMRC: Elektabilitas Parpol Pendukung Jokowi Stagnan, kecuali PDI-P
Berdasarkan tren pilihan parpol secara semi terbuka, hasil surveinya juga sama. Survei ini menunjukkan, jika dibandingkan Pemilu 2014, semua parpol pendukung Jokowi kecuali PDI Perjuangan elektabilitasnya cenderung stagnan.
Djayadi berasumsi, hal itu terjadi karena parpol utama pendukung Jokowi adalah PDI Perjuangan. Alhasil hanya partai ini yang terkatrol karena efek Jokowi.