JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah meminta penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan pulang ke Indonesia.
Dengan begitu, pemeriksaan terhadap Novel dalam kasus penyerangannya bisa dilakukan dengan lebih mudah. Menurut Fahri, tidak baik apabila Novel terus menerus bicara mengenai kasusnya dari Singapura.
"Saya usulkan Novel segera pulang ke Indonesia, jangan di Singapura, pulang saja ke Indonesia, berbicara dengan masyarakat Indonesia," kata Fahri Hamzah di Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (6/8/2017).
Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal seusai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017 lalu. Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tak cukup ditangani di Indonesia.
Sejak 12 April 2017, Novel mendapatkan perawatan mata di sebuah rumah sakit di Singapura. Tim Kepolisian bersama tim KPK berencana untuk meminta keterangab Novel di Singapura, namun belum terealisasi.
Menurut Fahri, Novel tak perlu cemas soal keamanannya di negeri sendiri. Sebab, banyak lembaga yang akan melindungi Novel, seperti Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Polri dan Komnas HAM.
"Kita belum tahu Novel disiram pakai air apa, daya rusak seperti apa dan seterusnya. Tapi nunggu di Singapura, tapi teriak di Singapura itu kan tidak bagus, datang saja ke sini," ujar Fahri.
Politisi yang sudah dipecat Partai Keadilan Sejahtera ini bahkan mempertanyakan biaya pengobatan Novel selama tiga bulan lebih dirawat di Singapura. Fahri menilai para dokter di Indonesia juga mempunyai alat kesehatan yang baik untuk merawat Novel.
"Untuk sekedar berobat di sini saja bisa, dokter di sini hebat-hebat. Jangan di Singapore, lama-lama mencurigakan, itu duit sehari dari mana siapa yang ongkosin," kata Fahri.
"Kan tidak boleh penyidik dibiaya oleh negara asing, saya dengar ada dokter mau biayai sukarela. Itu kan gratifikasi," ujar dia.
(Baca juga: ICW Usul Dibentuk Tim Pencari Fakta untuk Ungkap Kasus Novel)
Fahri yang kerap mengkritik KPK ini mengaku, sebenarnya ingin menjenguk Novel apabila diperbolehkan. Namun, ia khawatir kedatangannya justru tak diharapkan oleh Novel.
"Ya kita ini pengkritik saya minta diskusi buku di KPK saja mereka tidak mau, mereka alergi ketemu pengkritik. Saya khawatir mereka takut ketemu saya," kata dia.