JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Adnan Topan Husodo berpendapat, tim gabungan pencari fakta akan lebih efektif mengungkap perkara penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, ketimbang hanya tim investigasi Polri-KPK.
Tim pencari fakta bersifat independen sehingga penyelidikan perkara itu diyakini akan cepat membuahkan hasil.
"Dalam kasus pembunuhan Munir contohnya. Itu kan dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta. Informasi yang mereka peroleh jauh lebih dalam daripada proses yang dilakukan kepolisian," ujar Adnan, di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/8/2017).
(baca: Saksi Kunci Kasus Novel Sempat Merevisi Sketsa Wajah Terduga Pelaku)
"Dalam kasus kriminalisasi yang dihadapi pimpinan KPK ketika Cicak vs Buaya II juga begitu. Presiden SBY kan juga membentuk tim khusus untuk menyelesaikan masalah itu dan kemudian terselesaikan," lanjut dia.
Adnan menegaskan, sifat independen tim penyidikan perkara Novel sangat dibutuhkan karena perkara penyerangan Novel diyakini bukan tindak pidana biasa.
Dia menilai penyerangan terhadap Novel merupakan bentuk perlawanan koruptor terhadap simbol pemberantasan korupsi.
"Ini hanya sebagai alat bantu saja bagi kepolisian untuk mengurai berbagai macam 'bottle neck' yang mereka hadapi di internal. Kalau mereka sendiri yang menyelesaikan, ya kita lihat ada ketidakmampuan mengurai sumbatan yang dihadapi penyidik," ujar Adnan.
"Kalau (tim pencari fakta) tidak dibentuk segera, kami ini khawatir akan upaya menghilangkan, mengaburkan sekaligus menyembunyikan bukti yang seharusnya dimiliki penegak hukum ya. Karena ini sudah 116 hari berjalan," lanjut dia.
(baca: Polisi Merasa Belum Perlu Ada TGPF untuk Kasus Novel Baswedan)
Novel Baswedan disiram air keras oleh orang tidak dikenal seusai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017.
Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras tidak cukup ditangani di Indonesia. Sejak 12 April 2017, Novel mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit di Singapura.
Pelaku penyerangan Novel hingga kini belum terungkap. Namun, dalam sebuah wawancara kepada Time, Novel mengatakan bahwa serangan itu terkait sejumlah kasus korupsi yang ditanganinya.
Bahkan, Novel mengaku mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi ikut terlibat.
Sejak awal Juli 2017, Kepolisian RI dan KPK bekerja sama mengusut kasus penyiraman air keras terhadap Novel. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, tim yang sudah dibentuk secara internal oleh KPK akan menempel tim penyelidik Polri.
Perkembangan terakhir pada kasus Novel, kata Tito, polisi sudah membuat tiga sketsa wajah terduga penyerang Novel. Sketsa tersebut dibuat berdasarkan keterangan para saksi yang mengaku melihat terduga pelaku sebelum menyiram air keras ke wajah Novel.